Selama tiga pekan, PB PABBSI mengirim atletnya untuk menjalani training camp di Lampung, dari sebelumnya direncanakan ke Jepang. Selama TC itu pula, pelatih menyisakan satu hari untuk atlet menjalani tes angkatan.
Tes angkatan sendiri dikemas layaknya pertandingan 'sungguhan' sehingga atlet merasa kompetitif. Secara khusus di sektor putri, Sri Wahyuni, yang turun di kelas 48 kg, bersaing dengan delapan lifter lokal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasilnya di luar dugaan. Yuni mampu mencatat total angkatan 200 kg (snatch 88 kg dan clean and jerk 112 kg). Angkatan ini meningkat dari tiga tes bulanan sebelumnya yang ia jalani.
Catatan itu juga melebihi angkatan pesaingnya dari India, Saikhom Mirabai Chanu, peraih medali emas Kejuaraan Dunia 2017 di Anaheim, California, Amerika Serikat, November lalu. Total angkatan Saikhom saat itu tembus 196 kg dengan rincian snatch 85 kg dan clean and jerk 111 kg.
Pelatih putri tim angkat besi Indonesia, Supeni, secara khusus memberi pujian kepada atletnya tersebut. Namun, ia tak mau Yuni lengah.
"Memang dari hasil kemarin rata-rata itu kurang lebih ada yang masih kurang 10 sampai 20 persen, tapi juga ada yang kurang 5 persen. Nah, lima persen ini Sri Wahyuni. Tapi kami juga tidak bisa terlalu memuji karena khawatir malah lengah. Kami terus berharap saja bisa menjaga perfomanya," kata Supeni ketika ditemui di Mess Kwini, Jakarta, Jumat (27/4/2018).
Namun, menurut Supeni, total angkatan Yuni belumlah komplet karena sejatinya Yuni masih harus menembus target total angkatan 205 kg untuk mengamankan medali emas.
"Yang jelas kami harus terus motivasi. Secara kepelatihan ya kami menganggap masih kurang saja karena itu belum bicara lagi ke timbangan lain, kondisi psikis, siklus bulanannya. Makanya terimakasih banget karena PB cover semua, jadi pelatih hanya masalah teknis latihan saja," kata Supeni.
(mcy/mfi)











































