Eko akan tampil di Asian Games 2018 di cabang olahraga angkat besi kelas 62 kg. Dia sudah berpengalaman panjang mentas di pesta olahraga se-Asia itu.
Kini, Eko kembali menjadi harapan Indonesia untuk meraih medali. Bukan sembarang medali, tapi medali emas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Naik Turun Eko Yuli Jelang Asian Games |
Eko menjadi salah satu atlet yang mampu membuktikan olahraga menjadi jalan untuk menyelamatkan ekonomi keluarga. Lifter asal Lampung itu dulu pernah mengembbala kambing. Saat sekolah pun, dia cuma bisa jajan kwaci dan tiga butir permen setiap hari.
Berikut kiprah Eko Yuli dari bukan siapa-siapa menjadi seorang lifter nasional:
1. Eko Yuli akan tampil untuk kali keempat di Asian Games
![]() |
Di tiga Asian Games sebelumnya, Eko meraih dua medali perunggu. Pada debutnya di 2006 Doha, Eko finis peringkat keenam. Di Guangzhou dan Incheon, barulah Eko mendapatkan perunggu.
2. Menjelang Asian Games 2018, Eko sempat sakit tipus
Eko Yuli menderita sakit tipus saat pelatnas angkat besi Asian Games bakal dimulai. Dia diopname selama spekan di RS Rumah Sakit Hermina Galaxy Bekasi. Setelah pulih, Eko bergabung dengan lifter nasional dan berlatih di Markas Komando Pasukan Marinir (Mako Pasmar) II, Senen, Jalan Kwini 2, Jakarta Pusat.
3. Ini menjadi tahun ke-12 Eko Yuli di pelatnas angkat besi
Eko Yuli sudah bergabung di pelatnas sejak awal 2006. Waktu itu, Eko yang masih berusia 16 tahun, dipersiapkan untuk mewakili Indonesia ke Asian Games 2006 Doha. Tak hanya memiliki nama di Asian Games, Eko juga pemilik medali perak Olimpiade 2016 Rio de Janeiro dan perunggu Olimpiade London dan Beijing.
4. Eko Yuli juara dunia junior 2007
Eko meraih gelar juara dunia junior pada 2007 di kelas 56 kg dengan total angkatan 273 kg. Berkat torehan itu dia berhasil lolos ke pelatnas.
5. Berlatih Angkat Besi karena Ikut-ikutan
Awal mengenal angkat besi, Eko sama sekali tak berniat untuk menjadi lifter profesional. Bahkan, setelah dia berlatih rutin di salah satu sasana angkat besi di Metro, Lampung. Dia hanya ikut-ikutan. Lumayan, dari latihan itu, Eko mendapatkan uang vitamin dan suplemen. Tapi, Eko memanfaatkannya untuk makan sekeluarga. Kemudian dia pindah ke Bogor mengikuti pelatih Lukman.
6. Pindah ke Bogor
Di Bogor itu, Eko mendapatkan fasilitas tempat tinggal dan sekolah, tapi tidak uang saku. Untuk menghemat pengeluaran, dia berjalan kaki ke sekolah sekitar 2 km. Untuk tenaga, dia jajan kwaci dan tiga butir permen. "Satu permen untuk berangkat, kemudian saat istirahat, dan satu lagi buat bekal pulang," ujar Eko.
7. Dari keluarga kurang mampu
Lahir di Metro pada 24 Juli 1989. Eko dibesarkan dari keluarga kurang mampu. Ayahnya tukang becak sedangkan ibunya ibu rumah tangga. Orang tua Eko sempat tinggal di rumah sederhana, di atas tanah orang lain.
(fem/krs)