Kasus Prostitusi Atlet Jepang, Perihal Seks Memang Marak di Event Olahraga Dunia

Kasus Prostitusi Atlet Jepang, Perihal Seks Memang Marak di Event Olahraga Dunia

Doni Wahyudi - Sport
Senin, 20 Agu 2018 17:48 WIB
Ilustrai pertandingan basket di Asian Games 2018 (AFP PHOTO/Anthony WALLACE)
Jakarta - Empat atlet Jepang dipulangkan dari Asian Games 2018 setelah terlibat prostitusi di Jakarta. Pada event olahraga lain di seluruh dunia, perihal seks selalu marak.

Yuya Nagayoshi, Takuya Hashimoto, Takuma Sato, dan Keita Imamura dipulangkan ke Jepang setelah mereka terbukti membayar jasa pekerja seks komersil di Jakarta. Keempatnya merupakan atlet cabang olahraga basket.

"Dengan kerendahan hati saya meminta maaf pada publik Jepang, JOC, dan semua orang yang mendukung basket atas kejadian tercela ini. Kami akan memutuskan hukuman yang pantas kepada empat pemain setelah kami mendapatkan semua faktanya. Kami harus bekerja lebih keras untuk memastikan skandal ini tidak terjadi lagi," ujar ketua tim basket Jepang, Yuko Mitsuya, menyesali kejadian yang ramai jadi pemberitaan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Berbicara soal prostitusi atau perilaku seks para atlet di event olahraga dunia, itu sebenarnya bukan hal yang mengejutkan lagi. Atau setidaknya bukan sesuatu yang baru. Di banyak event olahraga internasional, semisal Asian Games, Olimpiade, sampai Piala Dunia, perkara prostitusi dan seks selalu jadi cerita yang menyelingi berita hasil-hasil pertandingan.

Pada Asian Games 2014, ofisial asal Iran juga dipulangkan setelah melakukan pelecehan seksual secara verbal pada seorang volunter perempuan. Sementara pesepakbola asal Palestina dituduh meraba pekerja wanita di wisma atlet.

Pada event lainnya, yakni Commonwealth Games di Gold Coast, Australia, ofisial Mauritius dituduh melakukan serangan seksual pada seorang atlet putri ketika tengah foto bersama.



Pada beberapa event olahraga internasional, pihak panitia malah menyediakan kondom di wisma atlet. Commonwealth Games 2018 yang dilangsungkan April lalu menyiapkan 225.000 kondom bagi atlet dan ofisial. Sementara pihak panitia Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang 2018 menyediakan 110.000 kondom untuk 3.000-an atlet.

Pada Piala Dunia 2018 yang belum lama ini tuntas, seorang politikus Rusia malah 'mendorong' perempuan negaranya untuk berhubungan seks dengan suporter yang datang. Pernyataan yang tentu saja mengundang kontroversi. (din/rin)

Hide Ads