Surat dari OCA yang ditandangai oleh Direktur Jenderal OCA, Husain Al Musallam, itu memperhatikan banyak kursi kosong yang diblok oleh maajer venue dan kompetisi untuk ofisial federasi lokal. OCA menyebut situasi itu membingungkan dan tampak buruk untuk penyiaran.
OCA pun menginstruksikan agar kursi yang dialokasikan untuk manajer kompetisi atau venue dan pengurus PB tak lebih dari 10 persen dari total tiket yang disediakan. Surat itu dikirimkan pada Selasa (21/8).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu, pada pertandingan semifinal beregu bulutangkis putra dan putri bertanding, tribune penonton banyak yang kosong. Padahal, loket penjualan tiket tak lagi menyediakan tiket karena habis, Penjualan lewat online juga sudah habis.
Sehari kemudian, menjelang final beregu putra, dengan mempertemukan Timnas Indonesia dengan China, suporter menuntut agar ada transparansi penjualan tiket.
Direktur Tiket INASGOC, Sarman Simanjorang, menyebut tiket tak bsia dijual seluruhnya. Sebab, ada sekitar 3.000 tiket yang disediakan untuk rekanan.
Director International & NOCs Relations OCA, Vinod Tiwari, yang hadir di Jakarta membenarkan surat itu. Mereka berharap cara itu bisa agar kursi kosong tidak ada lagi.
"Dalam dua hari terakhir sudah terlihat perubahannya setelah diberlakukan pembatasan 10 persen itu," kata Vinod dalam konferensi pers.
Soal tiket dan kursi tribune menjadi persoalan yang menghangat belakangan ini. Antrean penonton di depan loket cukup panjang dan tiket yang dijual online habis, namun venue kosong.
(fem/krs)