Asian Para Games 2018 akan dimulai Sabtu (6/10/2018) ini. Jelang gelaran ini, atlet para panahan, Umar, di nomor disabilitas W1 (whellchair) dinilai oleh classifier tidak memenuhi standar minimum poin yang ditetapkan.
Baca juga: Mengenal Momo, Maskot Asian Para Games 2018 |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum Asian Para Games 2018 benar-benar digelar. Para atlet lebih dulu menjalani proses klasifikasi pada 2-5 Oktober untuk penentuan jenis disabilitas. Proses klasifikasi ini merupakan persyaratan wajib yang harus diikuti oleh setiap atlet yang akan berlaga di Asian Para Games 2018.
Tujuan dari klasifikasi adalah untuk mengelompokkan para atlet berdasarkan jenis dan tingkat disabilitasnya.
Baca juga: Atlet Asian Para Games Jajal Istora Senayan |
"Kami sudah melakukan banding sampai tiga kali dari ofisial. Nah sekarang mengajukan banding dari pihak pengurus langsung. Kalau nanti banding ternyata ditolak lagi berarti tidak bisa ikut. Hanya sebelas atlet saja," kata Irfan kepada detikSport.
Umar sendiri merupakan salah satu andalan para panahan Indonesia dalam meraih medali. Dia dinilai berpotensi memberi kejutan di nomor compound W1. Meski dia baru pertama kali bertanding di Asian Para Games, namun sejauh ini catatan skornya dinilai lumayan yaitu 330.
"Panahan itu kan terukur artinya kami bisa pantau skor juara dunia berapa? Selama ini skor dia sekitar 330. Dan di panahan itu ada unsur keberuntungan, mental juga tinggi pengaruhnya, dengan skor itu diharapkan dia bisa mendapat seeded sehingga yang menjadi lawannya skornya lebih rendah," dia menjelaskan.
Dengan tidak adanya Umar, Irfan berharap beregu campuran bisa memberi kejutan.
"Beregu campuran di nomor compound dan recurve yang hanya bisa maksimalkan di sana. Karena peluangnya lebih besar."
Cabang para panahan akan resmi bergulir pertandingannya pada Minggu (7/10/2018) atau setelah Asian Para Games resmi dibuka.
"Ya kami berusaha untuk memberikan motivasi kepada atlet agar perfomance mereka bisa tercapai. Tinggal itu sih. kami 100 persen sudah siap," katanya.
"Untuk persaingan di tingkat Asia, China dan Korea masih menjadi pesaing terberat. Tidak hanya di kejuaraan para tapi juga (kejuaraan) biasa. Rata-rata juara dunianya juga di sana," ucapnya. (mcy/raw)











































