Miftahul, yang turun di blind judo kategori Low Vision, diminta melepas hijab sebelum bertarung melawan Oyun Gantulga. Miftahul menolak memenuhi aturan tersebut dan dia harus menerima keputusan diskualifikasi.
"Permasalahan itu karena aturan. Aturan di judo itu atlet tidak diperkenankan memakai hijab pada saat masuk matras. Hanya masuk matras saja. Tapi, karena atlet ini tidak mau melepas dan memang sudah prinsip, mau bagaimana lagi. Itu juga sudah peraturan," kata penanggung jawab pertandingan judo Asian Para Games 2018, Ahmad Bahar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelarangan terhadap judoka bertarung memakai hijab pernah juga terjadi di Olimpiade 2012, yang saat itu dilangsungkan di London. Judoka asal Arab Saudi, Wojdan Shaherkani, sempat dilarang main karena memakai hijab.
Juru bicara federasi judo dunia ketika itu, Nicolas Messner, mengatakan pelarangan penggunaan hijab semata karena alasan keamanan. Karena di judo kedua petarung saling rangkul dan piting, dikhawatirkan hijab bisa mencekik leher dan membahayakan si atlet sendiri.
![]() |
"Di judo, kami saling mencengkeram dan memiting leher, jadi hijab bisa berbahaya," ucap Messner sambil menambahkan bahwa cabang bela diri dari Jepang itu tidak mengenal perbedaan politik atau agama.
"Satu-satunya perbedaan di antara kompetitor (petarung judo) adalah level kemampuan judo mereka," tegas Messner dikutip dari Aljazeera.
Wojdan Shaherkani pada akhirnya bisa tetap bertanding dan mencetak sejarah menjadi atlet Arab Saudi pertama yang tampil di Olimpiade. Dia bisa bertarung setelah mengganti hijab dengan semacam penutup kepala.
Saksikan juga video 'Belajar Bersyukur dari Ajang Asian Para Games':
(din/fem)