Setiap orang tua mempunyai harapan anaknya terlahir dalam kondisi fisik dan mental komplet. Tapi, sebagian diberi kepercayaan untuk melahirkan dan membesarkan anak-anak berkebutuhan khusus.
Tak sedikit yang masih menganggapnya sebagai sebuah aib. Maka, tak sedikit pula yang menyembunyikan dari publik.
Tapi, tidak bagi Agus Nurdin. Ayah dari Insan Nurhaida, atlet penyandang disabilitas nomor lari 100 meter T36 (keterbatasan gerak karena cerebral palsy) yang saat ini terbaring di RSAL Dr. Mintohardjo, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, karena terjatuh saat lomba di Asian Para Games 2018.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus bersama istrinya, Mis'Ati, mendukung penuh apa yang disukai anaknya. Kebetulan Insan memilih untuk menjadi atlet para atletik.
"Dia (Insan) sore-sore sering tidak ada. Ternyata terlihat di lapangan stadion Kuningan. Lagi lihat teman yang dari Sekolah Luar Biasa. Nah, kemudian ikut NPC yang dulu namanya masih sama Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC). Lalu kelihatan ikut lari 'oh, ini kali'. Mungkin ini potensinya," kata Agus, membuka cerita.
"Alhamdullilah dia ikut Porda sesuai kemampuannya. Jadi itu sebagian besar, mungkin 90 persen dari dia. Orang tua hanya mendukung saja," katanya.
"Sampai adik-adiknya ikut ke Jakarta karena kami perlu mendukung adanya Asian Para Games ini. Tapi Allah menentukan lain, Insan tak bisa meraih medali dan dia malu tak bisa kasih emas," lanjutnya.
Insan diketahui memiliki disabilitas pada usia dua tahun. Orang tuanya menyadari Insan tak bisa berbicara dan jalan pada usia yang seharusnya.
Sempat ada upaya dari dokter dan terapi namun tak membuahkan hasil. Justru sejak putrinya menjadi atlet beberapa perubahan terjadi. Lebih mandiri.
"Memang di luar dugaan. Malah setelah usia masuk sekolah saya masukkan sekolah umum tapi kasihan akhirnya saya masukkan SLB. Jadi sesuai porsinya, alhamdullilah ada potensi itu, ya saya dukung terus," ujar dia.
Potensi yang terus didukung orang tuanya pun membuahkan hasil. Insan menjadi salah satu andalan Indonesia di setiap ajang internasiinal. Sejak turun di Porda dan Peparnas, putri sulungnya juga langganan masuk ASEAN Para Games sejak 2011 sampai 2017. Selain itu, Asian Para Games 2018.
"Sekarang sudah membanggakan orang tua, bahkan negara. Malah waktu 2017 itu sempat ada spanduk sambutan gitu dekat rumah. Artinya, mereka (lingkungannya) pun memiliki dan merasakan kebanggaan itu," ujar dia.
Tak cukup sampai kebanggaan, perubahan yang didapatkan Insan adalah penghargaan untuk mampu memotivasi lingkungan sekitarnya. Termasuk keinginan tempat di mana Insan menimba ilmu di Kuningan meminta Insan untuk memotivasi rekan-rekannya di sekolah.
"Saat legalisir ijazah kelulusan, guru di sekolahnya bilang jika mereka butuh Insan untuk memotivasi teman sekolah. Saya bilang, selama anak saya ada manfaatnya bagi dirinya dan orang lain silakan."
"Sebenarnya saya pun masih kurang. Makanya, saya hanya berharap yang lain bisa lebih dari saya. Jangan sampai punya anak cacat kemudian malu. Bahkan dari kelemahan itu kita pelajari. Pembelajaran itu dari kekurangan itu adalah materi. Tapi jangan lepas dari (doa) ke Allah," Agus berpesan.
Saksikan juga video 'Atlet Kharisma Evi Masih Fokus Berkarier di Dunia Olahraga':
(mcy/fem)