Sri menikah pada 6 Desember 2018 di Bandung. Sebulan berlalu, peraih medali perak Olimpiade 2016 dan Asian Games 2018 itu pun mengabarkan dirinya sudah berbadan dua.
Di sisi lain, kebahagian tersebut menjadi pekerjaan rumah berat untuk angkat besi Indonesia. Yuni yang digadang-gadang mengulang kesuksesan lolos Olimpiade terpaksa dicoret dari pelatnas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal serangkaian kompetisi menuju Olimpiade sudah disiapkan pelatih dan PB PABBSI. Yuni juga kerap menjadi andalan di sektor putri sejak Olimpiade 2016.
"Ini menjadi PR (pekerjaan rumah) yang berat untuk kami. Karena tak ada pengganti di kelas Yuni (49 kg). Sekalipun ada, pesaingnya berbahaya," kata Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PABBSI, Alamsyah Wijaya, kepada detikSport, Selasa (8/1/2018).
Meski Yuni kerap diandalkan, Alamsyah tak menampik kalay belakangan prestasi atletnya cenderung menurun, terutama sejak Asian Games 2018. Yuni yang diharapkan meraih medali emas hanya mampu berada di peringkat kedua kelas 48 kg.
Kemudian pada pertandingan kualifikasi pertama di Kejuaraan Dunia 2018 Ashgabath, Yuni hanya mampu masuk di delapan besar dunia di kelas 49 kg. Karena itu, PB PABBSI akan lebih dulu fokus ke peluang lolos para atletnya ke Olimpiade.
"Ya, maka itu sekarang fokus kami peluang untuk lolos dulu. Karena setiap negara hanya diberi kuota tiga lifter putra dan putri," Alamsyah menjelaskan.
"Di sektor putri kami masih punya peluang lolos seperti Acchedya Jagaddhita dan Syarah Anggraini masih bisa. Tapi untuk peluang medali di kelas 49 kg bahaya," tambahnya.
Alamsyah juga sekaligus menegaskan bahwa ketiadaan Yuni di pelatnas tak membuat kondisi pelatnas terpengaruh.
"Kami sudah langsung fokus ke target yang ada saja. Karena sudah tak mungkin mencari pengganti (Yuni)," ujar dia.
(mcy/nds)