Pencak silat jadi salah satu ladang emas untuk Indonesia pada Asian Games 2018 lalu. Dari total 31 emas yang diraih Indonesia, 15 di antaranya disumbang oleh pencak silat.
Hal ini menunjukkan bahwa pembinaan yang dilakukan PB IPSI berjalan dengan baik. Tapi IPSI tak bekerja sendirian karena ada juga dukungan dana dari pemerintah dalam hal ini Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) serta KONI Pusat yang berperan terhadap keberlangsungan pemusatan latihan (pelatnas).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Erizal berharap program pengawasan dan pendampingan (wasping) yang dilakukan KONI Pusat dipertahankan. Selama persiapan jelang Asian Games lalu, KONI memang intens melakukan wasping terutama kepada cabor yang berpotensi medali emas.
"Misalnya untuk Asian Games (2018) lalu, KONI Pusat lah yang paling sering mengunjungi pelatnas dan itu sangat membantu. Tidak hanya memberi masukan tapi juga bantuan psikologis, sampai dengan informasi soal peta kekuatan," ujar Sekum PB IPSI, Erizal Chaniago, dalam rilis kepada detikSport.
"Pelatnas itu bukan hanya soal anggaran," sambung Erizal.
Lebih lanjut, Erizal memberi masukan, pembinaan olahraga nasional ada baiknya dilakukan satu pintu. "KONI sebagai induk dari cabang olahraga, berpengalaman melakukan pembinaan karena dulu itu memang tugas mereka. Mereka membantu kami, pengurus cabor, agar bisa berprestasi besar," tuturnya.
Belum Tentukan Target
Terkait persiapan pencak silat menuju SEA Games 2019 di Filipina, Erizal mengatakan pihaknya belum menentukan target.
"Kami masih menunggu keputusan final nomor pertandingan dari Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Tapi, kami sudah bersurat agar mereka memperjuangkan nomor-nomor andalan," katanya.
Kendati demikian, PB IPSI sudah mengirimkan proposal pengajuan pelatnas 2019 ke Kemenpora.
"Dalam waktu dekat kami akan menggelar seleksi nasional. IPSI akan melibatkan empat lapis atlet, Asian Games, Kejuaraan Dunia, Kejuaraan Mahasiswa, dan posisi 2 dan 3 PON," tutup Erizal.