Bonus Asian Games idealnya beres tak lama setelah pesta olahraga bangsa-bangsa se-Asia di Jakarta dan Palembang pada 2018 itu usai. Tapi, ternyata dari tiga bonus yang dijanjikan, satu di antaranya mandek. Yakni, bonus rumah. Hingga saat ini, bonus rumah tersangkut kebijakan.
Awalnya bonus memang diberikan rumah saja, tidak berikut tanahnya. Tapi ternyata, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) dilarang membangun di atas aset pribadi. Jadi, harus aset dari pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seingat saya beberapa bulan yang lalu, rumah tersebut dibuatkan. Namun, masih belum diputuskan posisi pembangunannya karena terkait domisili atlet," kata peraih medali emas Asian Games 2018 Paralayang, Hening Paradigma, kepada detikSport, Jumat (15/2).
"Tapi, untuk (tanah disiapkan atlet) tidak ada pembicaraan ke sana. Tanah hal yang pelik karena beda tempat beda anggaran. Semoga pemerintah mendapatkan formulasi yang baik," dia menjelaskan.
"Saya lebih cenderung nerimo (terima), Mbak, karena udah diberi bonus, sudah bersyukur. Kalau pemerintah diberi kemudahan rejeki, berarti tambahan bonus. Kalau enggak ada anggaran, ya tetap alhamdulilah," ujarnya.
Hal senada diungkapkan atlet peraih medali emas Asian Games cabang pencak silat, Yolla Primadona. Dia juga tak banyak menuntut.
"Memang untuk mekanisme (pemberian bonus rumah) dari awalnya tidak dijelaskan, menjadi bola liar karena enggak pernah dibahas. Kami hanya tahu akan mendapat rumah, tapi enggak tahu kalau rumahnya bagaimana, mekanismenya juga," kata Prima, dihubungi terpisah.
"(Tanah disiapkan Pemda) Alhamdulilah jika seperti itu. Amat sangat bersyukur dan berterima kasih. Semoga secepatnya terwujud, sehingga tidak perlu menunggu terlalu lama," Yolla mengharapkan.