Zohri kecil hobi bermain sepakbola. Sprinter asal Lombok Utara berusia 18 tahun itu sama sekali tak tertarik dengan lari.
Ajakan Rosida, guru SMP Zohri di kelas 1 SMP Negeri 1 Pamenang di Dasan Lontar, untuk mengikuti latihan lari lebih intens baru diiyakan saat dia duduk di bangku kelas tiga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu SD kecil saya ingin menjadi tentara, sepakbola itu hanya hobi," kata Zohri dalam wawancara One on One detikSport.
"Tapi, pas almarhum bapak saya masih hidup, kan saya pernah cerita saya pernah mau menjadi tentara. Bapak enggak ngasih, sama keluarga juga," ujar peraih medlai perunggu Golden Grand prix 2019 di Osaka itu.
"Dia kan tahunya menjadi tentara itu jarang pulang, kalau izin ribet,. Dia khawatir saat lebaran enggak bisa, terus enggak bisa kumpul, akhirnya enggak dikasih izin," dia menjelaskan.
Sejak kelas 3 SMP, Zohri malah merintis jalan menjadi atlet. Kini, dia memulai persaingan di level senior.
"Saya sih bersyukur ya dengan menjadi atlet ini, saya bisa mengubah hidup saya, membantu keluarga saya yang dulu kurang. Saya bersyukur sekali bisa bertemu bu Rosida, pak Subagio (pelatih putlasda) dan Pak I Komang (pelatih PPLP NTB). Apalagi di sini semuanya gratis," kata dia.