Andai Tak Jadi Sprinter, Bisa-bisa Zohri Seorang Pemulung Kini

Andai Tak Jadi Sprinter, Bisa-bisa Zohri Seorang Pemulung Kini

Mercy Raya - Sport
Jumat, 24 Mei 2019 11:46 WIB
Lalu Muhammad Zohri (Agung Pambudhy/detikSport)
Jakarta - Lalu Muhammad Zohri tak menyangka menjadi manusia tercepat Asia Tenggara kini. Andai tak menjadi sprinter nasional, bisa jadi dia menjadi pemulung di area kampung nelayan.

Zohri berulang tahun yang ke-19 pada 1 Juli tahun ini. Dia tumbuh menjadi remaja yang memiliki fisik sip dan kecepatan yang luar biasa.

Kaki-kaki Zohri sudah dilatih sejak di kampung halaman. Sejak kecil, ayahnya yang gemar berlari kerap mengajaknya berduet di atas pasir putih pantai-pantai di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Kejelian guru SMP Zohri, Rosida, menjadi pembuka jalan Zohri menekuni lari jarak pendek. Kini, dia tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang lolos Olimpiade 2020 Tokyo dengan catatan waktu 10,03 detik.

Secara akademis, Zohri juga tak perlu pusing. Dia sudah tak perlu membayar biaya sekolah setelah bergabung dengan Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) di Mataram. Kalau pun harus membayar sendiri biaya kuliah nanti, dengan tabungan Rp 1,5 miliar di rekening, Zohri bisa bebas memilih sekolah.

Situasi itu berbeda seperti langit dan bumi pada lima tahun silam. Waktu itu, Zohri bahkan kesulitan membeli sepatu. Zohri, yang yatim piatu, juga tak berani memiliki angan-angan yang muluk.

"Dulu, karena saya keluarga tak mampu, kakak saya kerja di Gili Trawangan, ya kalau tak jadi atlet, ya mungkin jadi apalah, bisa pemulung di perahu-perahu," kata Zohri dalam wawancara One on One.



Detik-detik Zohri Lolos Olimpiade Tokyo 2020:

[Gambas:Video 20detik]

(mcy/fem)

Hide Ads