"Nanti malam kami bertolak ke Filipina, kami sudah siap," kata Dean, via ponsel, Jumat (29/11/2019) pagi. Dia bersama Arip serta kontingen selancar Indonesia lainnya berada di Bali saat ini.
Untuk menghadapi SEA Games Filipina, mereka sudah menjalani latihan intensif selama enam bulan terakhir. Mereka terjun di kelas long board.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dean bilang ada satu keuntungan yang dimiliki peselancar Indonesia untuk tampil di SEA Games 2019. Yakni, karakter ombak arena SEA Games Filipina mirip dengan ombak di kampung halaman mereka, Batukaras.
"Sama, ombak kanan. Maksudnya, arus ombaknya ke kanan," kata Dean.
"Yang terpenting kami meminta dukungan dan doa dari seluruh masyarakat, terutama warga Pangandaran agar kami bisa membawa pulang medali emas," kata Dean.
Arip menambahkan keikutsertaan surfing di SEA Games merupakan titik awal masuknya surfing ke dalam multievent.
"Semoga surfing ke hari depan akan dipertandingkan di level multievent yg lebih besar seperti Asian Games, Asian Beach Games. Apalagi mengingat surfing sudah menjadi olahraga wajib di Olympiade," kata Arip
Terpisah Ketua KONI Kabupaten Pangandaran, Asep Suherdis, bangga dan memberikan apresiasi terhadap kedua peselancar asal Pangandaran yang hendak berlaga membawa nama Indonesia. Apalagi, Pangandaran sendiri belum terbentuk kepengurusan Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PSOI), namun atletnya sudah mampu tampil di kancah internasional.
"Tentu kami mendoakan yang terbaik bagi keduanya. Keduanya memang peselancar bertalenta. Selama ini mereka sudah punya nama di dunia surfing Asia," katanya.
"Selancar memang belum masuk cabang olahraga yang dinaungi KONI, kepengurusan di Jawa Barat pun belum ada. Tapi saya kira untuk sementara ini tak jadi masalah, yang penting kita dukung agar Dean dan Arip bisa mengharumkan nama Indonesia," katanya.
(fem/fem)