Evaluasi SEA Games: KOI-Kemenpora Jangan Buta Kekuatan Sendiri Lagi, Dong

Evaluasi SEA Games: KOI-Kemenpora Jangan Buta Kekuatan Sendiri Lagi, Dong

Femi Diah - Sport
Rabu, 11 Des 2019 16:43 WIB
Atlet muda Windy Cantika Aisah tampil sip di SEA Games 2019. (Grandyos Zafna/detikSport)
Jakarta - SEA Games 2019 Filipina telah usai dan menempatkan Indonesia di posisi keempat. Sejumlah catatan untuk Kementerian Pemuda dan Olahraga (kemenpora) dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) agar tak mengulang kesalahan yang sama.

Hasil akhir SEA Games 2019 Filipina tak bisa direvisi seperti target yang dibuat Kemenpora dan KOI di sebelum pesta olahraga se-Asia Tenggara itu dimulai. Indonesia finis di posisi keempat dengan koleksi 72 medali emas, 84 perak, dan 111 perunggu (total 266 medali).

Peringkat itu naik satu trap dibandingkan dua tahun lalu di Kuala Lumpur. Koleksi emas yang dituai juga melebihi target 60 medali. Bahkan, jauh dari target awal yang cuma 45 emas.

Perubahan target menjadi 60 medali emas itu dipicu instruksi Presiden Joko Widodo agar Indonesia finis kedua. Sejumlah cabang olahraga merespons dengan melebihi target.


Sebagai contoh, boling dari target satu emas meraih empat emas, menembak dari satu emas dijawab dengan dengan meraih tujuh medali emas. Selain itu, cabang olahraga baru, modern pentathlon yang dipatok target satu emas justru mempersembahkan tiga emas.

Pemerhati Olahraga, Djoko Pekik, menilai perbedaan signifikan target medali emas dengan hasil menjadi bukti ketidaktahuan Kemenpora dan KOI atas potensi kekuatan sendiri. Djoko juga berharap agar Kemenpora dan KOI tak sekadar melihat angka untuk mengklaim keberhasilan naik peringkat.

"Pada awal SEA Games, dinamikanya, target naik turun, dari 45 menjadi 55, kemudian 60. Itu penanda tidak cukup data untuk membuat peta yang akurat. Seolah-olah hanya kebetulan-kebetulan saja prediksi itu," kata pemerhati olahraga Djoko Pekik yang dihubungi detikSport, Rabu (11/1/2/2019).

"Hasil 72 emas itu harus dilihat secara jernih. Secara kuantitatif, emas memang meningkat dari 38 menjadi 72, hanya saja peningkatan itu belum signifikan karena SEA Games 2017 cuma menawarkan 405 emas, sedangkan di Filipina tahun ini 530 emas," dia menambahkan.

Djoko tak hanya menyodorkan kritikan kepada kemenpora dan KOI dengan hasil Kontingen Indonesia di SEA Games. Dia juga melihat kebijakan menurunkan atlet junior cukup menjanjikan di masa depan, begitu pula cabang olahraga yang bisa membuat kejutan.

Di antaranya, lifter Windy Cantika Aisah dan Rahmat Erwin. Selain itu, sukses polo air yang merobohkan hegemoni Singapura, voli indoor putra yang kembali meraih emas setelah sepuluh tahun, serta tenis yang berhasil kembali menjadi juara umum pantas diapresiasi.

"Dengan potensi-potensi atlet muda dan kejutan-kejutan, menjadi tugas bersama untuk dipelihara. Makanya, harus segera disiapkan perangkat untuk pembinaan mulai sekarang," ujar Djoko.

"Kalau memang regulasi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 95 Tahun 2017 tentang Percepatan Prestasi Olahraga Nasional (PPON) dianggap bisa membawa peningkatan medali emas, aturan itu harus dilaksanakan dengan utuh, dengan paripurna," dia menegaskan.