Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Raja Sapta Oktohari, realistis soal rencana membangun tempat promosi Olimpiade 2032 di Olimpiade Tokyo. Pertimbangannya karena wabah COVID-19.
Indonesia tengah berupaya untuk bisa memenangkan bidding tuan rumah multiajang olahraga terbesar sejagat 2032. Salah satu program yang pernah dicetuskan KOI ialah membangun Rumah Indonesia di Tokyo.
Lokasinya akan berdekatan dengan Wisma Atlet Olimpiade di Harumi, Choi-ku, Tokyo, dengan luas lahan 1.500 meter persegi. Rencana itu direncanakan jauh sebelum wabah virus Corona yang terjadi secara global. Adapun anggaran yang diusulkannya untuk pembangunan sebesar RP 200 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, dengan dunia yang masih dalam masa pemulihan pandemi, apakah program tersebut masih bisa direalisasikan? Terlebih, pelaksanaan Olimpiade juga mundur jadi 23 Juli - 8 Agustus 2021, dari sebelumnya akan bergulir tahun ini.
"Kita harus lebih rasional, lebih realistis, karena COVID-19 ini belum tahu bagaimana. Jadi kami tak mau menghambur-hamburkan uang," kata Raja Sapta Oktohari kepada pewarta di Kantor Kemenpora, Senayan.
"Jika kita bisa lebih efektif menjangkau negara-negara lain dan meyakinkan mereka, Indonesia menjadi tuan rumah, kita pakai cara itu. Tanpa harus menghabiskan terlalu banyak uang," lanjutnya,
Di sisi lain, pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Penyelenggaraan Asian Para Games 2018, juga telah menyiapkan beberapa rencana lain guna memuluskan Indonesia menang tuan rumah. Tapi hal itu bergantung pada Jepang, sebagai tuan rumah Olimpiade 2020 Tokyo.
"Plan A, kalau Jepang jika tepat waktu dan merealisasikan Olimpiadenya (23 Juli-8 Agustus 2021), maka kita harus berbuat sesuatu di sana. itu sebagai momen untuk meyakinkan negara lain," ujar Ketua Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI) ini.
"Plan B, kalau ternyata ada penundaan kembali, kita harus menyesuaikan. Plan C, kalau ada hal yang tidak diinginkan sampai pembatalan, berarti harus cari pola-pola lain. Jadi semua berbagai rencana harus dipersiapkan karena tak ada yang tahu masalah COVID-19 ini bagaimana," dia menegaskan.
(mcy/cas)