Sejak pandemi COVID-19, tren gowes di Indonesia menjadi semakin booming. Bukan hanya menjadi olahraga yang mengasyikkan, bersepeda juga jadi salah satu olahraga yang termasuk aman untuk dilakukan selama pandemi.
Meskipun sedang booming, ternyata bersepeda juga bisa membahayakan bagi kesehatan tubuh, terutama bagi para pemula. Kesalahan fatal dalam bersepeda bahkan bisa mengakibatkan serangan jantung mendadak.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia Raja Sapta Oktohari mengatakan satu hal terpenting yang perlu dilakukan sebelum bersepeda adalah melakukan cek kesehatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang ada beberapa kejadian ketika orang mendapatkan musibah saat bersepeda. Tapi khusus serangan jantung, dalam melakukan olahraga kita harus bisa mengenali diri kita sendiri. Kalau badan kita nggak siap, ada banyak hal yang bisa terjadi," ujarnya dalam acara Virtual Indonesia Heart Bike 'Gaya Hidup Sehat Bebas Kolesterol di Usia Muda dengan Berolahraga', Sabtu (24/10/2020).
![]() |
Okto juga mengatakan banyaknya peristiwa serangan jantung saat bersepeda biasanya disebabkan karena kurangnya kesadaran diri akan kondisi kesehatannya. Selain itu, kurangnya pemanasan juga bisa menjadi penyebab cedera dalam bersepeda.
"Orang banyak yang kram atau jatuh karena kurang stretching. Sedangkan stretching itu penting saat kita ingin bersepeda. Kan sakit jantung itu silent killer, jadi kadang orang yang nggak tahu (kesehatannya) tiba-tiba kena jantung," katanya.
Sama hal nya dengan Okto, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr. Vito Damay juga menjelaskan pentingnya mengetahui jenis olahraga untuk kondisi jantung, salah satunya dengan menghitung jumlah detak jantung.
Adapun detak jantung yang diperlukan saat olahraga bisa diketahui dengan mengurangi 220 dengan usia saat ini, lalu dikalikan dengan 70 persen.
"Hasilnya adalah sekitar segitu jumlah detak jantung yang cukup buat kita sebenarnya saat olahraga. Kalau kita mau tahu seberapa ekstrem sih yang dibilang kelebihan olahraga? Itu bisa dikali 85%, yang mana adalah batasnya," katanya."
Saat bersepeda, dr. Vito mengatakan jantung akan berdetak lebih tinggi atau cepat jika intensitas yang dilakukan tinggi. Dalam hal ini, semakin cepat gowesan maka semakin tinggi pula detak jantung yang dihasilkan. Meskipun terbilang normal, dr. Vito mengatakan hal ini belum tentu cocok untuk semua orang.
"Kalau kita lagi intensitas tinggi, itu jantung kita akan detaknya lebih tinggi. Tapi kalau ditanya apakah baik untuk tubuh, belum tentu cocok untuk semua orang. Kalau Anda dalam kondisi jantungnya baik, sudah pernah cek dan keadaannya oke saja, dan sudah biasa bersepeda maka itu baik-baik saja," paparnya.
Dalam kesempatan ini, dr. Vito memaparkan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat bersepeda. Di 10 menit pertama, sangat disarankan untuk menaikkan kecepatan bersepeda secara perlahan sebagai pemanasan otot.
![]() |
Sementara itu di 40 menit selanjutnya, denyut jantung akan meningkat sehingga pembakaran kalori bekerja optimal. Bagi yang belum terbiasa bersepeda, sebaiknya hindari meningkatkan kecepatan bersepeda di menit ini.
Setelah bersepeda selama 60 menit, aliran darah ke otak biasanya akan meningkat sehingga membuat lebih fokus dan segar. Namun setelah lebih dari 60 menit bersepeda, ada baiknya untuk memperlambat kembali kayuhan sepeda agar denyut jantung kembali normal.
Ngebut saat bersepeda umumnya merupakan hal yang sah-sah saja. Namun, hal ini sebaiknya dihindari jika denyut nadi mulai tinggi atau meningkat karena dapat membahayakan kesehatan jantung.
"Namun, jika Anda baru mulai bersepeda dan belum pernah cek jantung Anda, it's actually dangerous," pungkasnya.
Sebagai informasi, Virtual Indonesia Heart Bike 'Gaya Hidup Sehat Bebas Kolesterol di Usia Muda dengan Berolahraga' merupakan acara yang diadakan oleh detikcom bersama Yayasan Jantung Indonesia dan didukung oleh NestlΓ© ACTICOR. Tujuan dari event ini adalah untuk mengajak masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat usia muda untuk memulai pola hidup yang sehat, salah satunya melalui olahraga.
(mul/mpr)