Pembinaan Atlet Woodball Klaten Sepi Gegara Imbas Pandemi Corona

Pembinaan Atlet Woodball Klaten Sepi Gegara Imbas Pandemi Corona

Achmad Syauqi - Sport
Minggu, 29 Nov 2020 19:50 WIB
Woodball di kabupaten Klaten terdampak pandemi COVID-19.
Woodball di Klaten terdampak pandemi COVID-19. (Foto: detikcom/Achmad Syauqi)
Jakarta -

Upaya pembinaan atlet woodball di Kabupaten Klaten ikut terdampak pandemi COVID-19. Jumlah atlet yang mengikuti latihan untuk persiapan kejuaraan sepi.

"Sebenarnya banyak tapi karena kondisi pandemi yang ikut latihan tidak banyak. Yang tercatat di KONI ada 42 atlet tapi yang ikut latihan biasanya lebih banyak," ungkap Wakil Ketua Bidang Pengembangan Indonesian Woodball Asociation (IWBA) Kabupaten Klaten, Sunu Triwidodo pada detikcom, Minggu (29/11/2020) siang di lapangan Gergunung.

Dikatakan Sunu, animo masyarakat mengikuti pelatihan dan pembinaan Woodball di Klaten sebenarnya semakin besar. Hanya karena pandemi, beberapa sekolah tidak mengikutsertakan atletnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Animo banyak, jika tidak pandemi banyak. SMP 2, SMP Jatinom, SMA 2, SMA 3 dan lainnya pada tidak berangkat karena pandemi padahal kita haruskan jaga jarak, cuci tangan dan pakai masker," ucap Sunu.

Saat ini sebenarnya, jelas Sunu, pengurus kabupaten sedang menyiapkan atlet untuk beberapa even. Baik di tingkat provinsi atau antar provinsi.

ADVERTISEMENT

"Ini kegiatannya persiapan Porprov Jateng. Bulan Desember juga ada Unnes open dan Gunungsitoli open yang segera kita ikuti," lanjut Sunu.

Wakil ketua Pengurus IWBA Kabupaten Klaten, Fauzan Anwari Humam mengatakan saat ini padahal pengurus kabupaten sebenarnya membutuhkan banyak bibit atlet muda. Minimal jumlah ideal atlet 80 orang per kabupaten.

"Kita masih butuh banyak, minimal 80 orang dan saat ini baru 42 atlet yang ada. Penyebabnya Woodball itu kan untuk semua umur karena tidak ada batas usia," jelas Fauzan pada detikcom di lokasi.

Di Klaten, ujar Fauzan, pengurus cabang Woodball baru dibentuk tahun 2018 sejak olahraga tersebut masuk ke Indonesia tahun 2007 dari Taiwan. Klaten termasuk terlambat.

"Terlambat dibandingkan daerah lain. Daerah lain seperti Kabupaten Jepara, Semarang dan lainnya jauh lebih dulu meskipun Woodball dikenakan pertama di Boyolali," papar Fauzan.

Olahraga ini, sambung Fauzan, lebih murah dibandingkan olahraga sejenis woodball seperti golf. Sama - sama menggunakan stik dan gerakan sama tapi lebih murah.

"Untuk biaya olahraga ini lebih murah dari golf. Ada juga satu set stik dan get Rp 5 juta tapi ada juga Rp 1 juta," kata Fauzan.




(cas/mrp)

Hide Ads