Selain atlet, Indonesia juga mengirim wasit ke ajang Olimpiade Tokyo 2020. Salah satunya mewujudkan mimpi di multievent terbesar di dunia tersebut.
Ialah Muhammad Arisa Putra Pohan yang berhasil merealisasikan keinginannya memimpin pertarungan di Olimpiade. Bahkan, lelaki yang karib disapa Boy Pohan ini mendapatkan bonus tambahan.
Boy Pohan dipercaya memimpin laga final kelas menengah (69-75 kg) putra yang mempertemukan petinju Brasil Sousa Herbert kontra Khyzhnik Oleksandr (Ukraina) di Kokugikan Arena, Tokyo, pada 7 Agustus 2021.
"Ada 29 wasit yang dipilih Boxing Task Force (BTF) untuk memimpin pertandingan Olimpiade dan empat wasit dieliminasi karena kinerja. Khusus untuk laga semifinal hanya 13 wasit yang terpilih dan saya bangga bisa mewakili Indonesia sebagai wasit di Olimpiade, apalagi bisa diberi kepercayaan untuk memimpin partai final," kata Boy dalam rilis KOI pada Kamis (12//8/2021).
Boy merupakan ITO tinju pertama dari Indonesia yang dipercaya memimpin pertandingan Olimpiade. Pada Olimpiade ke-32 ini cabang olahraga tinju mempertandingkan 276 partai dari 13 kelas. Boy mendapat tugas sebagai juri pada 40 pertandingan dan 7 pertandingan sebagai wasit yang memimpin pertandingan.
Baginya memimpin laga final tak sekadar menjadi kebanggaan, tetapi juga tantangan karena kredibilitas kariernya sebagai wasit dipertaruhkan. Bagaimana tidak, ia menyatakan Hebert menang secara knockout (KO) atas Oleksandr pada hitungan keempat.
"Oleksandr saat itu sudah memimpin dua ronde. Tapi, saat Herbert memukul Oleksandr, saya melihat pandangan matanya sudah berbeda, tidak fokus sehingga saat itu saya putuskan KO pada hitungan keempat," kata Boy yang langsung mendapat pujian dari technical delegate.
"Memang ada protes, tetapi tim medis saat itu juga menilai Oleksandr tidak bisa melanjutkan pertandingan dan dia juga mengatakan sorry ke saya ketika pertandingan selesai."
Ikuti Jejak Ibunda
Boy menceritakan awal mula menekuni profesi sebagai ITO tinju karena mengikuti jejak ibunya, H Sri Mawarni. Saat menjadi wasit/juri tinju, Sri mengantongi lisensi Federasi Tinju Amatir Asia (FAAB). Boy tidak hanya menjadi wasit Indonesia pertama yang bertugas di Olimpiade, ia juga tercatat menjadi satu-satunya wasit/juri tinju dari ASEAN yang mendapat tugas di Olimpiade Tokyo.
"Saya senang bisa menjalankan tugas sebagai wasit/juri sesuai dengan keinginan Boxing Task Force (BTF) yang mengambil sementara kendali AIBA setelah Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. Saya juga bangga bisa menjaga nama baik Merah Putih di ajang Olimpiade 2020 Tokyo," ujarnya.
Kini, Boy sudah kembali ke Tanah Ai, Selasa (10/8). Dia masih menjalani karantina hingga 18 Agustus.
"Cukup banyak pengalaman yang bisa saya petik di Olimpiade Tokyo 2020 dan perlu diterapkan dalam pertandingan tinju di Indonesia. Wasit yang memimpin pertandingan harus tanggap dalam mengambil keputusan untuk menghindari cedera fatal petinju yang bertanding sedangkan juri yang bertugas fokus dengan tombol yang terletak di atas meja," dia mengungkapkan.
Ia pun berharap bisa mendapat kepercayaan kembali pada Olimpiade Paris 2024. "Ya, kalau memang masih mendapat kepercayaan kenapa tidak?"
Ketua Komite Olimpiade Indonesia Raja Sapta Oktohari mengapresiasi penampilan ITO Indonesia yang bertugas di Olimpiade. Menurutnya, federasi nasional (PP/PB) juga harus memikirkan agar Merah Putih bisa menempatkan ITO di Olimpiade.
"Jadi federasi nasional di Indonesia mulai sekarang harus bisa merancang program agar tak hanya atlet yang tampil di Olimpiade, tetapi bisa menempatkan ITO juga. Pada Olimpiade Tokyo, Indonesia memiliki 6 ITO yang bertugas, yakni 3 bulu tangkis, 1 tinju, 1 loncat indah, dan 1 menembak. Saya berharap di Paris bisa lebih banyak lagi," kata Okto, sapaan karib Raja Sapta.
Simak Video "Video: Heboh Kabar Mees Hilgers Diminati Crystal Palace"
(mcy/cas)