Komite Olimpiade Indonesia (KOI), bersama Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI), bakal memilih empat atlet potensial untuk mendapatkan beasiswa ke Jepang dan Eropa.
Kepastian itu menyusul terjalinnya kerja sama antara KOI dengan International Judo Federation (IJF). Kerja sama itu tertuang dalam nota kesepahaman yang mereka tanda tangani di Budapest, Hungaria, Kamis (16/9/2021) waktu setempat.
"Alhamdulillah. MoU (Momerandum of Understanding) dengan IJF merupakan langkah awal KOI menjalankan IOCP (Indonesia Olympic Champions Program), yang juga menjadi aksi nyata kami mendukung Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang kini sudah ditetapkan sebagai Peraturan Presiden No 86 Tahun 2021," kata Okto dalam keterangan tertulisnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
MoU antara KOI dengan IJF berisi langkah-langkah strategis yang akan dilakukan guna menunjang peningkatan prestasi judo Indonesia. Di antaranya adalah program training camp (TC) untuk atlet ke luar negeri, peningkatan kualitas pelatih, hingga kesempatan untuk menggelar turnamen Internasional.
"IJF akan bekerja sama dengan KOI melalui Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI) untuk membuat turnamen Internasional. Ada juga program latihan ke luar negeri untuk pelatih dan IJF mengirimkan pelatih bersertifikasi Internasional untuk menggelar kursus kepelatihan di Indonesia," terang Okto.
"Khusus untuk atlet, IJF melalui KOI memberi beasiswa training camp ke Jepang bagi dua pejudo. Ada juga dua kuota atlet dikirimkan ke Eropa untuk berlatih. Dan, kami (KOI) diberi wewenang untuk menyeleksi atlet potensial tersebut."
Terkait seleksi, kata Okto, KOI tetap akan berkoordinasi dengan PJSI. Apalagi, PJSI baru saja melakukan Musyawarah Nasional yang menetapkan Maruli Simanjuntak sebagai ketua. Di tangan Maruli dan program yang telah ditetapkan di IOCP, Okto meyakini judo Indonesia mampu bersinar.
Sebagai informasi, judo merupakan salah satu dari 28 cabang olahraga yang wajib dipertandingkan di Olimpiade. Indonesia pernah mengirimkan atlet judo ke Olimpiade, yakni Aprilia Marzuki dan Krisna Bayu di Sydney 2000. Bayu kembali tampil di Athena 2004 dan terakhir adalah Putu Wiradamungga di London 2012. Setelah itu, Merah Putih tak pernah lagi memiliki atlet judo di Olimpiade.
Hal ini, sebut Okto, juga menjadi landasan KOI untuk bekerja sama dengan IJF. Apalagi, judo menjadi salah satu cabang olahraga yang diperhitungkan karena mendapat dana pelatnas Kementerian Pemuda dan Olahraga tahun 2021.
"Judo memang belum masuk dalam 14 cabang olahraga prioritas di Desain Besar Olahraga Nasional (DBON). Tapi, 14 cabor ini menerapkan sistem promosi-degradasi. Artinya, semua cabor terutama yang dipertandingkan di Olimpiade bisa masuk prioritas. Judo juga menjadi salah satu cabor yang diperhitungkan karena mendapat dana pelatnas oleh Kemenpora dan juga akan dipertandingkan di Asian Games 2022 Hangzhou," kata Okto.
(mcy/krs)