Jeka Saragih dan Komitmen Serius Mencari Juara UFC dari Indonesia

Jeka Saragih dan Komitmen Serius Mencari Juara UFC dari Indonesia

Yanu Arifin - Sport
Sabtu, 04 Feb 2023 18:35 WIB
ABU DHABI, UNITED ARAB EMIRATES - OCTOBER 23: (L-R) Jeka Saragih of Indonesia knocks out WonBin Ki of South Korea in a lightweight fight during the Road to UFC event at Etihad Arena on October 23, 2022 in Abu Dhabi, United Arab Emirates. (Photo by Chris Unger/Zuffa LLC)
Foto: Chris Unger/Zuffa LLC/Getty Images
Jakarta -

Jeka Saragih akan berduel di final Road To UFC. Petarung Indonesia itu bisa membuka jalur untuk menciptakan lebih banyak juara UFC dari Tanah Air.

Jeka Saragih selangkah lagi mencatat sejarah bagi Indonesia. Ia akan berjuang memperebutkan kontrak ekslusif UFC.

Lawan Jeka di final Road To UFC adalah Anshul Jubli, dari India. Duel akan digelar di UFC Apex, Las Vegas, Amerika Serikat, Minggu (5/2/2023), dan disiarkan Mola secara gratis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mola, selaku official broadcaster UFC di Indonesia sampai 2029, rupanya punya komitmen serius mengembangkan MMA di Tanah Air. Tak hanya menyiarkan pertandingan, tapi juga dari pencarian bibit sampai membuka jalur agar fighter Indonesia bisa menuju level internasional.

detikSport berkesempatan mewawancarai CEO Mola TV, Mirwan Suwarso, perihal Jeka Saragih hingga program yang tengah disiapkan untuk mengembangkan MMA di Tanah Air. Berikut petikan wawancaranya.

ADVERTISEMENT

Lanjut halaman 2

Bagaimana Mola melihat MMA sebagai cabang potensial untuk dibina?

MMA menjadi olahraga yang pertumbuhannya paling pesat di dunia sekaran. Tadinya kami bermain di sepakbola, tapi kalau di sepakbola, kami tidak pernah bisa memiliki area itu. Setiap tiga tahun hak siarnya dilelang, siapa yang bayar paling mahal dia yang dapat, dan kita gak pernah punya identitas di situ.

Kemudian kami berpikir, cabang olahraga apa sih, yang membuat kita punya pegangan. Kebetulan Fox bubar, dan hak siar UFC dilepas. Begitu kami pegang, pas tahun terakhir Liga Inggris juga, ternyata kami lihat, tumbuhnya bareng. Bahkan ada beberapa partai yang jumlah penontonnya sama, gak beda jauh dengan Liga Inggris.

Kemudian ada Road To UFC, Jeka menang di situ. Kemudian kalau ingat zaman dulu ada Ellyas Pical, Chris John, terus zaman Muhammad Ali, yang kalau tanding kita pasti nonton bareng. Saya sadar bahwa figur petarung bisa mengerakkan emosi masyakat, apalagi jika dia bisa merepresentasikan indonesia.

Nah misal di UFC bisa ada juara atau orang Indonesia yang prestasinya bagus, pasti se-Indonesia bisa ikut bangga. Dan jika kita run di situ, Mola menjadi rumahnya UFC, di mana makin banyak petarung Indonesia, pasti makin banyak orang indonesia nonton. Komitmen kami lahirnya di situ.

Apakah Jeka contoh sukses Mola mengembangkan MMA?

Saya berharap begitu, dan kami gak sendiri. Kami kerjasama dengan KOBI. Untuk bisa berkembang di dunia MMA, MMA harus hidup juga. Harus ada atlet yang mau masuk ke MMA. Kami cuma mau membantu akselerasi pertumbuhan dan kesejahteraan atletnya.

Logikanya begini, jika Jeka bisa ke UFC, otomatis pemasukan Jeka sekali bertarung melebihi pemasukan pesepakbola yang paling tinggi. Kontraknya sekali bertarung 25 ribu dolar AS, menang 50 ribu dolar AS, hampir 800 juta. Itu baru sekali bertarung.

Setahun bisa tiga-empat kali bertarung, berarti kalau dia bisa menang mendapat Rp 2,4 miliar pemasukannya. Itu baru kontrak dasar. Kalau dia bisa masuk level top 10, sekali bertarung bisa 3-4 miliar, belum kalau, kalau menang Rp 8 miliar. Kalau dia menang setahun, berarti pemasukannya bisa Rp 24 miliar, itu masih baru top 10, belum juara. Kalau melihat kesejahteraan bisa seperti itu, harapan kita makin banyak petarung indonesia yang serius menekuni dunia MMA.

Kalau tadinya ada yang berpikir pemasukannya seberapa sih kalau jadi petarung? Maka dengan adanya kami, harapannya kami bisa mengakselerasi kesejahteraan mereka juga. Kami langsung menyambungkan mereka ke dunia internasional. Lewat Mola, kita buat Fight Academy, yang bisa promosi ke level internasional di bawah UFC, misal main di Cage Warriors, Bellator MMA, dari situ bisa ke UFC. Kebetulan Mola punya hubungan dekat dengan UFC berkat kontrak hak siar sampai 2029.

Bisa dibilang Mola lebih berperan ketimbang stakeholder MMA di Indonesia?

Sebelumnya kami tahu adanya One Pride dari KOBI, terus ada event lain. One Pride berperan memberikan wadah untuk bertarung secara profesional, dan KOBI organisasinya.

Lebih dari itu belum ada yang mau membangun infrastukturnya. Kami punya pengalaman di sepakbola. Di sepakbola coba membantu, tapi tersandung kendala terbesar ketika membangun di usia muda, begitu pemainnya lewat usia pembinaan, kalau dia kembali ke Indonesia, membangun infrastuktur senegara ya bagaimana caranya? Terlalu besar pekerjaannya.

Sementara MMA, kami hanya memberikan jalur buat satu orang. Kalau dia petarung yang bagus, kami bantu jalurnya. Kami bangunkan sasana di luar negeri, di mana mereka bisa bersaing dan berkembang, kemudian saat promosi, ya sudah ada programnya. Kompetisinya udah ada, kalau dia bisa masuk ke Bellator, Cage Warrior, bahkan masuk ke UFC, ya selesai, itu puncaknya, tinggal bagaimana dia berkembang.

Kami hanya perlu menyediakan fasilitas elite di Amerika, atau di Eropa misalnya. Mereka bisa berlatih di satu tempat, bisa menampung 50 orang, sampai pensiun bisa lah, kalau sepakbola, bagaimana?

Jadi ya itu, pertama lebih mudah, kemudian ada pula masukan dari pelatih/promotor internasional, yang bilang Indonesia punya potensi. Katanya, petarung Indonesia 'bahan mentahnya' saja sudah melebihi petarung luar negeri.

Jeka di usia 20 tahunan misalnya, rekor bertarungnya saja udah ratusan. Itu kelebihan sendiri, dan itu yang kami lihat. Mereka bilang, Jeka kalau dipoles serius di Amerika atau Eropa, bukan tak mungkin masuk top 10 UFC. Lalu kemudian seperti kemarin kami gelar uji coba di Bali, dari 30 petarung, dia bilang pasti ada 6-7 petarung yang bisa masuk ke ufc, dengan pembinaan yang benar.

Apa Komitmen Mola untuk Membangun MMA di Tanah Air Saat Ini?

Untuk di Tanah Air, kami kerjasama dengan KOBI, untuk memfasilitasi mereka yang punya potensi. Kami bikin MMA Fight Academy, di mana kami bisa langsung mengakselerasi pertumbuhan mereka. Kami akan melakukan seleksi, setiap 6 bulan, mereka bisa daftar, para pelatih akan menyeleksi mereka, dan yang dipilih kami langsung bawa ke Amerika atau Eropa, untuk mereka langsung dipercepat pertumbuhannya dan diangkat bertarung di kompetisi internasional.

Jika Jeka Menang atau kalah di Road To UFC, Apa Komitmen Mola?

Kami akan tetap berkomitmen membantu perkembangan dia. Kalau dia kalah, namanya juga pertarungan, ya tak masalah, karena tentu banyak aspek atau faktor. Connor Mcgregor saja pernah kalah, kan. Ada kalanya kekalahan membangun lebih baik. Kami akan tetap membantu dia berlatih di Amerika, dan mendorong dia masuk ke promosi internasional, baik itu Cage Warriors atau UFC. Harapan kami dia pasti kontrak UFC, kalau tidak terpilih, ya dia pasti bisa masuk ke Cage Warriors, sebab kami percaya kompetisi di Eropa akan mempercepat dia untuk bisa ke UFC.

Harapannya untuk MMA di Indonesia?

MMA akan bertumbuh pesat, pasti. Kalau dulu tak banyak yang tahu MMA, sekarang anak-anak muda banyak yang tahu. Harapannya juga makin banyak yang tahu. Kemudian berharap atlet bela diri Indonesia bisa melihat MMA bisa menjadi mata pencaharian yang sangat menjanjikan.

Kalau MMA persaingannya mudah karena tinggal berjuang dengan diri sendiri, beda dengan sepakbola. Kami juga berharap bisa melihat MMA lebih cepat memberi prestasi untuk Indonesia. Kalau misal suatu hari nanti ada 6-8 petarung Indonesia yg bisa masuk Top 10 UFC, ya berarti Indonesia bisa dikenal dengan pretasi yang keren di dunia. Bukan mengecilkan olahraga lain, ya, tapi beberapa cabang yang sudah berprestasi seperti panjat tebing dan badminton itu olahraga yang hanya dikenal di beberapa negara.

Tapi kalau UFC, sudah dikenal semua dunia. Australia, Inggris, Prancis, Brazil, saya berharap Indonesia bisa bicara negara yang kuat di bela diri. Harapannya itu.


Hide Ads