Eks atlet balap sepeda BMX Elga Kharisma Novanda kini memiliki karier baru. Ia menjadi pelatih atlet BMX untuk Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
Elga menceritakan awal dirinya kecemplung menjadi pelatih tidak direncanakan. Perempuan berusia 27 tahun ini, semula hanya fokus recovery setelah operasi tulang belakang, imbas cedera berat.
Operasi sekitar tahun 2020, Elga harus pemulihan selama tujuh sampai delapan bulan. Semula ia berpikir, apakah kembali menjadi atlet atau memutuskan untuk berhenti. Tapi akhirnya, Elga memilih karier menjadi pelatih untuk melanjutkan masa depannya di balap sepeda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak mungkin saya genjot terus menjadi atlet, karena latihannya enggak ringan. Berat banget. Akhirnya, saya memutuskan belajar menjadi pelatih," kata Elga saat ditemui detikSport, di Jakarta International Velodrome, di sela-sela perlombaan Nations Cup yang diselenggarakan 23-26 Februari.
Kebetulan, PB ISSI, sebagai induk organisasi balap sepeda nasional, juga mendukung langkah yang dipilih atlet kelahiran Malang, 14 November 1993 tersebut. "Saya dikasih link untuk tes pelatih DBON itu dan lulus . Sebelumnya saya sudah mengambil sertifikasi pelatih UCI level 1 pada 2021," ujarnya.
Elga akhirnya resmi menjadi pelatih resmi DBON cabang disiplin BMX usia 12-15 tahun sebanyak enam atlet. Adapun lokasi traning camp di sirkuit BMX Pulomas, Jakarta Timur. "Padahal dulu saya sudah bersumpah, saya akan retired usia 38-39 tahun dan enggak akan mau jadi pelatih. Sebab, menjadi pelatih itu ribet dan kerjanya gila-gilaan," dia mengungkapkan.
"Jadi enggak ada kepikiran sama sekali. Siapa yang tahu saya pensiun di usia 27 tahun? Karena cedera berat, dan mengalir saja begitu, nyemplung sebagai coach. Akhirnya penasaran juga."
"Penasaran karena yang buat program kan kita sendiri. Menantangnya jika anak-anak tak sesuai target, itu juga salah satu bikin stres saya juga, ini anak kenapa? karena masalah tidur, gizi, harus terkontrol, tak bisa seperti orang biasa. Ada yang salah kah program saya? begitu," kata Elga Kharisma.
![]() |
Kini nyaris dua tahun resmi menjadi pelatih, Peraih medali emas SEA Games 2011 dan 2013 nomor BMX itu, tak menepis ada tantangan tersendiri ketika menjadi pelatih. Apalagi pebalap-pebalap berusia muda.
"Kita tahu bagaimana jadi atlet, tekanan, mental up and down. Jadi benar-benar harus ekstra sabar dan menurunkan ego kita. Ini pengalaman yang luar biasa saat menjadi pelatih," kata atlet yang pernah menjadi Ratu BMX ASEAN tersebut.
"Seperti mereka lagi ingin makan sembarangan, usia segitu kan lagi labil dan tak bisa diatur, lalu mereka lagi ingin main. Masalah tidur, main game, itu semua. Saya tiba-tiba seperti jadi orang tua punya anak enam, jadi harus ekstra sabar dan agak susah-susah gampang," sebut Elga kemudian tertawa.
Meski begitu, ia sangat menikmati peran barunya sebagai pelatih. Bahkan, Elga yang pernah mendapat pelatihan balap sepeda di Swiss 2011-2014 (empat kali ini), kini punya target tinggi untuknya dan para atletnya.
"Saya pernah menjadi atlet, jadi tak mungkin gol saya hanya level nasional saja, atau SEA Games, dan Asian Games. Saya ingin mereka next level ke internasional atau olimpiade. Prinsip saya, kalau jadi pelatih, ya harus bangun mereka lebih baik dari saya," Elga mempertegas.
Tak hanya kepada atlet, Elga juga berencana untuk memperbaharui skill kepelatihannya ke level yang lebih tinggi.
"Inginnya tahun ini jika diberi kesempatan upgrade kepelatihan ke level 2. Sekolah di Swiss, seperti jadi atlet dulu. Saya berdoa karena kalau sudah di sana tentu pengalamannya luar biasa. Dan, saya tak mungkin hanya ambil level internasional, tapi juga belajar di Indonesia seperti seminar dan lainnya supaya update juga," ucap Elga Kharisma.
(mcy/cas)