Komite Olimpiade Indonesia (KOI) memastikan pengiriman dan pemulangan atlet-atlet Indonesia di Olimpiade Paris 2024 terjamin. Hal itu dipastikan setelah adanya enam sponsor untuk Tim Indonesia.
"Alhamdullilah sudah ada tapi kan tetap kurang. Jadi apapun yang saya sampaikan bantuan pemerintah tidak bisa memenuhi seluruhnya, sehingga kami perlu mendapatkan dukungan lain yang secara komersial dari pihak-pihak lain. Baik yang merupakan olympic partner, maupun perusahaan nasional," kata Sekretaris Jenderal KOI Wijaya Noeradi dalam jumpa persnya di Kantor KOI, Sudirman, pada Kamis (18/7).
"Dan alhammdulillah sudah ada perusahaan nasional seperti Li Ning, yang juga mau bekerja sama dengan kita dalam memastikan pengiriman dan pemulangan atlet nasional supaya berjalan dengan lancar."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wijaya menjelaskan, upaya dukungan sponsor yang diberikan pada Tim Indonesia tak serta merta diperoleh dengan mudah. Sebab, beberapa di antaranya ada yang dibayar dengan tunai dan produk.
"Ya, kalau mengenai ini memang tidak serta merta. Ada beberapa yang pembayarannya bertahap. Tapi paling tidak ada jaminan bahwa kita terbiayai atau terbantu. Misalnya dalam bentuk produk, harapannya merupakan produk yang bisa membantu kami," ujarnya.
"Ya paling tidak untuk kami ada kepastian masalah pembiayaan. Kalau disebut persentasenya, alhamdullilah kita bisa berangkat dan pulang dengan tenang," lanjutnya.
Akan tetapi, Sekjen PP Pordasi periode 2015-2019 itu tak bisa mengungkapkan secara detail angka pendapatan dari enam sponsor yang mendukung Tim Indonesia. Namun, dipastikan jumlahnya terbesar dari Olimpiade edisi sebelumnya.
Sebelumnya, KOI sempat mengusulkan anggaran kontingen Tim Indonesia kepada pemerintah menuju Olimpiade sekitar Rp 40 miliar.
"Kalau dibilang terbesar cukup besar. Kan ini ada beberapa ya lima sampai enam (sponsor) dan ini cukup besar dalam pemasukannya," ungkapnya.
"Tapi kan sebelumnya agak berbeda karena terus terang kita tak semudah itu bekerja sama dengan partner lokal. Sebab, terikat dengan kebijakan properti dari IOC (International Olympic Committee). Sebagai contoh, perusahaan nasional sabun. Itu kami tak bisa kerja sama walaupun kami ingin, tetap tak bisa."
"Sebab, ada penggunaan five rings, penggunaan kata-kata Paris 2024, image Eiffel Tower, dan itu tak sesederhana dipakai untuk promosi, sehingga kami tak mau menjerumuskan potensial sponsor dengan hal yang ujungnya tak boleh," lanjutnya.
"Karena penggunaan itu bukan untuk komersial saja, tapi image sosial media itu sangat dibatasi. Ini lah yang kita perlu hari-hati di dalam bekerja sama dengan potensial partner," Wijaya mempertegas.
(mcy/cas)