Ketika Olahraga Bisa Jadi Ujung Tombak Pariwisata dan Ekonomi

Ketika Olahraga Bisa Jadi Ujung Tombak Pariwisata dan Ekonomi

Mohammad Resha Pratama - Sport
Senin, 10 Nov 2025 22:35 WIB
LONDON, ENGLAND - SEPTEMBER 04: Keshav Maharaj of South Africa is bowled by Jofra Archer of England during the 2nd Metro Bank ODI between England and South Africa at Lords Cricket Ground on September 04, 2025 in London, England. (Photo by Andy Kearns/Getty Images)
Timnas Kriket Afrika Selatan jadi salah satu pendongrak sport tourism di negara itu. (Getty Images/Andy Kearns)
Johannesburg -

Olahraga di era modern saat ini tidak cuma jadi ajang berebut prestasi. Tapi, juga bisa membantu peningkatan pariwisata dan ekonomi sebuah negara.

Sudah banyak negara yang menggaungkan Sport Tourism sejak lama. Salah satunya adalah Afrika Selatan yang naik namanya sejak jadi tuan rumah Piala Dunia 2010.

Saat ini, Afsel adalah salah satu pusat sport tourism dunia yang mengkombinasikan budaya olahraga yang kuat, cuaca bersahabat, dan infrastruktur kelas dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahun 2024 menjadi tonggak penting dalam perjalanan Afrika Selatan sebagai destinasi sport tourism. Dilansir Travel and Tour World, nilai ekonomi industri wisata olahraga negara itu mencapai hampir 4 miliar dolar AS atau sekitar Rp 64 triliun.

Angka ini menegaskan betapa kuatnya daya tarik Afrika Selatan di mata penggemar olahraga lintas benua yang kental dengan kriket hingga rugby, dari golf hingga marathon.

ADVERTISEMENT

Momentum tersebut diperkirakan akan terus meningkat menjelang Piala Dunia Kriket 2027. Tak heran, minat wisatawan untuk berkunjung ke negara itu terus melonjak setiap tahunnya.

Kriket memang sudah menjadi bagian dari identitas nasional Afrika Selatan. Keberhasilan tim nasional mereka, Proteas, di ajang World Test Championship 2024 bikin publik makin antusias terhadap olahraga ini. Tiket pertandingan ludes terjual, hotel penuh, dan ekonomi lokal ikut berdenyut setiap kali laga besar digelar.

Namun, Afrika Selatan tak hanya bertumpu pada kriket. Negara ini juga dikenal sebagai surga bagi para pencinta golf. Dengan lebih dari 400 lapangan golf berstandar internasional, Afrika Selatan menempatkan diri di jajaran elite dunia. Turnamen Nedbank Golf Challenge, yang dijuluki "Africa's Major", menjadi simbol betapa pentingnya olahraga dalam strategi pariwisata nasional mereka.

Lebih dari sekadar bisnis, pemerintah Afrika Selatan melihat wisata olahraga sebagai pilar pembangunan ekonomi yang inklusif. Berbagai kebijakan diarahkan agar sektor ini memberi dampak langsung bagi masyarakat, dari pelaku UMKM, penyedia akomodasi, hingga industri kreatif.

"Sport tourism bukan hanya tentang mendatangkan wisatawan, tapi juga tentang bagaimana olahraga bisa menjadi jembatan ekonomi dan sosial bagi seluruh warga," kata seorang pejabat pariwisata setempat dikutip dari Travel and Tour World.

Menurut data South African Tourism, sektor wisata olahraga menyumbang miliaran dolar untuk perekonomian nasional setiap tahun. Pada 2024, nilainya menembus hampir Rp 64 triliun dan diprediksi terus melesat seiring agenda besar seperti Cricket World Cup 2027.

Dampaknya pun terasa nyata. Gelaran Comrades Marathon 2023, misalnya mencatat perputaran uang sekitar Rp 456,5 miliar (550 juta dolar Afrika Selatan) di wilayah KwaZulu-Natal. Dari hotel berbintang hingga pedagang kaki lima di sekitar rute lomba, semua merasakan manfaatnya.

"Olahraga adalah cara paling nyata untuk menciptakan lapangan kerja dan memperkuat ekonomi lokal," ujar juru bicara South African Tourism dalam rilis resminya.

Selain kriket dan golf, Afrika Selatan juga memantapkan diri sebagai rumah bagi olahraga rugby dunia. Tim nasional mereka, Springboks, menjadi simbol kebanggaan dan persatuan nasional.

Laga-laga besar yang dijadwalkan pada 2025 melawan Italia, Georgia, Australia, dan Argentina di kota-kota besar seperti Pretoria, Johannesburg, dan Cape Town diperkirakan akan menarik ribuan wisatawan.

Dampak ekonomi tak berhenti di sektor tiket dan turis. Investasi infrastruktur ikut mengalir deras. Stadion-stadion seperti Loftus Versfeld dan Nelson Mandela Bay Stadium diperbarui, transportasi publik diperkuat, dan ribuan lapangan kerja baru tercipta.

Sejak era Nelson Mandela yang menjadikan rugby simbol rekonsiliasi nasional pada 1995, olahraga ini tetap menjadi perekat sosial bagi bangsa Afrika Selatan.

Untuk mereka yang tidak bisa datang ke stadion, semangat Springboks tetap hidup melalui program BokTown, zona fan park yang menghadirkan pengalaman menonton bersama ribuan penggemar. Program ini tidak hanya memperluas akses hiburan, tetapi juga memperkuat inklusivitas dan kebersamaan masyarakat.

Gelombang wisata olahraga tak berhenti di rugby. Afrika Selatan juga punya ajang lari internasional yakni Cape Town Marathon, yang diikuti lebih dari 30.000 peserta pada 2023 lalu.

Menurut sumber yang sama, Afrika Selatan memiliki semua modal penting untuk mendulang keuntungan besar karena didukung lebih dari 136 stadion besar, jaringan transportasi modern, dan destinasi alam menakjubkan dari Table Mountain hingga pantai Durban. Dengan semua keunggulan itu, negeri ini mantap menegaskan diri sebagai pusat wisata olahraga dunia.

Namun, di tengah optimisme tersebut, pemerintah juga menyadari tantangan yang ada. Harga tiket dan biaya perjalanan yang tinggi masih menjadi kendala bagi sebagian warga lokal. Karena itu, kebijakan keberlanjutan menjadi fokus utama agar pembangunan infrastruktur tidak berhenti pada euforia event semata.

Selain itu, pemerintah juga tengah mendorong pengembangan cabang olahraga lain, termasuk basket dan olahraga perempuan yang tengah naik daun, seperti Springbok Women's Rugby World Cup 2025.

Pemerintah Afrika Selatan berharap dapat memperluas dampak ekonomi sekaligus memperkuat posisi negara itu sebagai salah satu pemimpin sport tourism dunia.




(mrp/ran)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads