Otot Spesial Si Anak Tukang Becak

Eko Yuli Irawan

Otot Spesial Si Anak Tukang Becak

- Sport
Senin, 11 Agu 2008 01:29 WIB
Jakarta - Olahraga yang mengandalkan otot ini telah mengubah jalan hidup Eko Yuli Irawan. Siapa sangka anak (bekas) tukang becak ini, cah angon dari Lampung ini, bisa mengharumkan nama Indonesia.

Eko telah menorehkan namanya sebagai atlet pertama Indonesia yang meraih medali di ajang Olimpiade Beijing 2008. Di hari kedua event, Minggu (10/8/2008), ia meraih perunggu di cabang angkat besi di kelas 56 kg dengan total angkatan 288 kg.

Prestasi yang dibuat lifter berusia 19 tahun ini tentu saja amat membanggakan di tengah-tengah pesimisme sebagian masyarakat Indonesia pada potensi prestasi olahraga negeri ini di level internasional, yang bahkan di kawasan Asia Tenggara pun Indonesia sudah lama tak nomor satu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perunggu memang bukan emas, tapi perunggu di ajang sebesar Olimpiade tetap saja tinggi nilainya. Lagi pula, siapa tahu prestasi Eko ini bisa menjadi inspirasi rekan-rekannya yang lain yang masih akan berjuang di tanah China minggu-minggu ini.

Eko lahir di Lampung pada 24 Juli 1989 dari keluarga miskin. Ayahnya, Saman, seorang pengayuh becak, sedangkan ibunya, Wastiah, berjualan sayur.

Takdir Eko menjadi lifter bermula ketika ia menyaksikan sekelompok orang berlatih angkat besi di sebuah klub di daerahnya sekitar tujuh tahun silam. Lama kelamaan Eko kecil makin tertarik.

Dari yang awalnya sering diusir karena doyan mengintip orang latihan, pelatih klub Metro tersebut akhirnya mengajak Eko kecil ikut berlatih. Berbekal izin dari orangtuanya, setelah tugas menggembala kambing selesai, Eko pun mulai mengakrabkan diri dengan barbel.

Di klub tersebut, dengan arahan pelatih Suryono dan Johni, bakat Eko untuk menjadi "Hercules" mulai terasah. Selangkah demi selangkah ia meniti karir bertanding, sampai akhirnya nama dia mencuat.

Di Kejuaraan Dunia 2006 di Santo Domingo, Republik Dominika, Eko berhasil menduduki peringkat delapan. Tampil di kelas 56 kg, ia mencatat total angkatan 266 kg.

Di tahun berikutnya Eko berlaga di Kejuaraan Dunia Yunior di Praha, Republik Ceko. Hasilnya? Ia meraih medali emas dan terpilih sebagai lifter terbaik di kejuaraan tersebut.

Ia juga tampil di Kejuaraan Dunia 2007 di Chiang Mai dengan hasil dua perunggu. Di penghujung tahun itu Eko kembali mengharumkan nama Indonesia. Remaja bertinggi badan 155 cm itu berhasil menyabet medali emas di pentas SEA Games.

Pada 27 April-5 Mei lalu Eko sempat menjajal naik ke kelas 62 kg dan mengikuti Kejuaraan Asia di Kanazawa. Hasilnya juga luar biasa, iaย  mendulang medali perak.

Berkah kehebatan Eko di arena angkat besi adalah berubahnya keadaan ekonomi keluarganya. Bonus ratusan juta rupiah yang diterima pasca SEA Games ia gunakan antara lain untuk membangun rumah baru, membeli tanah dan sawah untuk ayahnya, yang kini tak perlu lagi mengayuh becak. Bonus dari keberhasilannya mempersembahkan medali emas untuk Kalimantan Timur di PON bulan lalu pun dipastikan kian menopang kehidupan keluarga Eko.

Sebelum berlaga ke Olimpiade Beijing, yang mana merupakan Olimpiade pertamanya, Eko bertekad memberi sesuatu buat negaranya. "Saya akan mempersembahkan yang terbaik buat Indonesia," ujarnya ketika itu.

Tadi malam Eko mewujudkan tekadnya. Walaupun bukan medali emas, tapi tetap saja berkat dia bendera "Merah Putih" dikerek ke atas untuk pertama kalinya podium kemenangan di Beijing -- dan Eko pun sempat menitikkan airmata. Ini tentu saja membanggakan.



*) Dari berbagai sumber.


(a2s/din)

Hide Ads