Serbuan Para Inverted Winger Madrid pada Sayap-Sayap Dortmund

Liga Champions: Real Madrid 3-0 Borussia Dortmund

Serbuan Para Inverted Winger Madrid pada Sayap-Sayap Dortmund

- Sepakbola
Kamis, 03 Apr 2014 15:39 WIB
REUTERS/Juan Medina
Jakarta -

Dendam itu (mulai) terbalaskan. Luka lama musim lalu karena disingkirkan Borrusia Dortmund di babak semifinal, sudah bisa sedikit terobati.

Dinihari tadi Real Madrid mengandaskan Dormund 3 gol tanpa balas pada leg pertama perempat final Liga Champions yang berlangsung di Santiago Bernabeu.

Problem Tim Tamu

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menghadapi Dortmund, pelatih Carlo Ancelotti bisa menurunkan hampir semua pemain terbaiknya. Hanya Marcelo saja yang absen karena cedera dan Angel di Maria mesti absen akibat gangguan pencernaan yang ia alami beberapa jam sebelum laga dimulai.

Ancelotti lalu melakukan sedikit perubahan tak biasa untuk merespons absennya Di Maria, yang selalu dipasangkan dengan Alonso dan Modric dalam 10 pertandingan terakhir. Biasanya Ancelotti akan memasang Asier Illaramendi di kanan dan menukar posisi Modric ke sayap kiri. Tapi, semalam ia memberikan slot Di Maria untuk Isco sejak menit-menit awal.

Sementara itu Dortmund datang dengan kondisi agak pincang. Striker andalan Robert Lewandowski tak dapat dimainkan akibat akumulasi kartu. Belum lagi badai cedera yang tak kunjung reda dalam 10 pertandingan terakhir. Akibatnya, Klopp tak bisa menurunkan Jakub Blaszczykowski, Neven Subotic dan Sven Bender menyusul Guendogan.

Selain deretan pemain inti tersebut, kehilangan fullback kiri, Marcel Schmelzer, juga amat berpengaruh bagi Dortmund. Pasca kehilangan Schmelzer, Dortmund kalah 3 kali, imbang 1 kali, dan hanya meraup 2 kemenangan dalam 6 pertandingan terakhirnya. Dan, pada 3 kekalahan tersebut, alur gol kebobolan Dortmund selalu dari sisi kiri, atau posisi Schmelzer seharusnya.

Klopp sebenarnya tahu akan kelemahan ini. Karenanya, ia menempatkan Kevin Grosskreutz di depan Erick Durm. Sejatinya posisi asli Grosskreutz adalah fullback kanan. Tapi, usai badai cedera yang melanda Dortmund, Klopp merotasinya menjadi gelandang.

Tapi Grosskreutz sendiri lebih cenderung bertahan ketimbang menyerang. Terbukti, ia tak menyumbangkan gol atau assist, tapi jadi pemain dengan catatan tekel per-laga tertinggi di Dortmund.



Gol Cepat Madrid Memanfaatkan Celah

Sejak wasit meniup tanda pertandingan dimulai, Madrid cenderung bermain bertahan dan menunggu celah untuk melakukan serangan balik. Malah Dortmund yang bermain amat terbuka.

Selain memasang garis pertahanan amat tinggi, Klopp pun tak segan mendorong kedua fullback untuk agak ke depan-- tak sejajar dengan centerback.

Ini karena Klopp menginstruksikan anak asuhnya untuk melakukan pressing ketat. Sering kali terlihat, ketika pemain Madrid menguasai bola, ada sekitar 2-3 pemain Dortmund yang selalu mengganggu. Ini dilakukan dengan harapan agar Madrid menjadi panik dan tak terlalu lama memegang bola.

Tapi, gol cepat Madrid yang dicetak di menit ke-2 justru terjadi karena taktik Klopp ini. Pasalnya, saat melakukan pressing, para pemain Dormund selalu meninggalkan lubang. Mereka juga kerap keteteran saat menerima serangan balik Madrid yang dilakukan lewat umpan panjang.



Proses gol pertama bermula saat Erick Durm yang bergerak terlalu maju. Untuk menutupnya, lantas Matt Hummels bergeser ke arah sayap. Otomatis hal ini meninggalkan celah di lini pertahanan. Lubang inilah yang dimanfaatkan Carvajal untuk menusuk ke dalam.

Idealnya, duet poros ganda Sebastian Kehl atau Nuri Sahin-lah yang menutup kekosongan yang ditinggalkan Hummels. Tapi, pada menit-menit awal Kehl dan Sahin cenderung menjaga jarak dengan dua centerback. Posisi mereka dinaikkan untuk memudahkan pressing dari lini tengah, sekaligus menahan barisan tengah Madrid sejauh mungkin.

Hal itu memang sukses dilakukan. Tapi, celah yang ada membuat Madrid dengan mudah mengeksploitasi mereka lewat bola-bola troughball. Selain gol Gareth Bale, gol Cristiano Ronaldo pada menit ke-60 pun memanfaatkan proses ini.

Usai gol cepat yang dicetak Bale, Klopp langsung mengubah taktik dan membuat Dortmund cenderung bertahan. Ia mengurangi intensitas pressing dan mengintruksikan para pemain, khususnya duet CB Hummels-Sokratis, untuk bermain rapat.

Hal ini yang membuat Madrid bisa mendominasi jalannya pertandingan hingga babak pertama usai, terutama di lini tengah. Hanya saja, Madrid kesulitan masuk ke area final third mengingat setidaknya ada 8-9 pemain Dortmund yang berkumpul di sana. Karena itu bola lebih banyak dialirkan di area Real Madrid sendiri.


[Grafik passing Madrid babak 1]

Trio Gelandang Madrid Apik Berbagi Peran

Lepas dari masalah skuat yang ala kadarnya, salah satu alasan mengapa Dortmund gagal mencetak gol semalam adalah rapihnya barisan lini tengah Madrid, Modric-Alonso-Isco, dalam berbagi peran.

Alonso bertugas untuk melakukan menahan serangan. Ia tak sungkan untuk melancarkan tekel sedari pertahanan Dortmund. Tercatat pemain ini melakukan empat tekel sukses dan satu intersep di daerah pertahanan Dortmund sendiri. Ini dimaksudkan untuk menghambat serangan balik Dortmund.

Alonso pun berhasil mematikan pergerakan Mkhitaryan, sehingga suplai bola untuk Aubameyang terhambat. Saat bertahan, Dortmund memang hanya meninggalkan Aubameyang di depan dan Mkhitaryan mengemban tugas sebagai penyuplai bola.

Pada laga ini, posisi Modric dan Alonso cenderung lebih mundur. Hal ini untuk mengantisipasi peran Carvajal dan Coentrao yang menyerang.



Saat pemain-pemain Dortmund melakukan high pressing, Alonso dan Modric tetap tenang memainkan tempo. Mereka dengan sabar membangun serangan dari bawah, memainkan bola di daerah pertahanannya sendiri, sembari mencari celah untuk keluar dari pressing Dortmund.

Saat timnya kehilangan bola, Modric tercatat berhasil melakukan tiga tekel sukses, satu tekel gagal, dan empat take ons. Hal ini menandakan bahwa Modric berhasil menetralisir lapangan tengah dari dominasi pemain-pemain Dortmund.

Dengan kemampuan menempatkan posisi, Modric pun berhasil mematikan pergerakan Kevin Grosskreutz yang beroprasi di sisi kiri penyerangan, ataupun Marco Reus yang beroperasi di sisi kanan penyerangan Dortmund.

Meskipun Isco diplot sedikit ke depan, namun ia sesekali turun menjemput bola untuk memberikan variasi serangan lewat tengah. Selain berhasil mencetak gol, di babak pertama Isco berhasil melakukan 5 kali take-ons berhasil, dan melakukan 9 kali ball recoveries.

Memanfaatkan Flank dengan Rapuhnya Poros Ganda Dortmund

Ancelloti paham bahwa Dortmund mempunya kelemahan di sisi kiri dan kanan pertahanan, karena banyaknya pemain yang cedera. Tak heran mereka sering kali mengarahkan umpan ke arah sayap. Tapi ini bukan untuk melakukan crossing.

Ciri khas Madrid di laga ini adalah jarang mengkreasi serangan dari sayap di final third lawan. Saat memasuki daerah pertahanan lawan, bola justru dialirkan menusuk ke tengah.

Pola ini tak hanya dilakukan oleh Bale dan Ronaldo. Bahkan Isco, Carvajal, dan Coentrao pun sering melakukan cutting inside. Ini karena Dortmund juga memiliki titik lemah di lini itu, yaitu poros ganda. Kehl dan Sahin memang ditugasi tak sekadar bertahan, tapi malah cenderung bergerak box to box.

Untuk mempermudah skema ini Bale dan Ronaldo ditarik agak lebih dalam menjadi penggedor di lini kedua. Tugas Benzema hanya sebagai pemantul kepada kedua pemain itu. Bale dan Ronaldo pun rajin bertukar posisi untuk memecah konsentrasi lini belakang Dortmund.

Kesimpulan

Jika ditilik dari segi pertahanan, Dortmund sebenarnya tampil cukup solid dan sulit ditembus oleh barisan tengah Madrid. Terbukti kreasi Alonso, Modric dan Isco lebih banyak tertahan di area belakang.

Tapi, high pressing yang diintruksikan Klopp nyatanya gagal diterapkan secara betul-betul. Alih-alih berharap kemenangan, pressing yang dilakukan malah menimbulkan celah yang membuat Dortmund jadi bulan-bulanan.

Di sisi lain, Ancelotti mampu melihat kelemahan Dortmund. Dengan memanfaatkan pergerakan Bale dan Ronaldo, Madrid mampu melesakkan tiga gol. Caranya adalah menyerang lewat sayap dan mengandalkan pergerakan cutting inside Ronaldo dan Bale.

Melihat hasil ini, tak heran jika Klopp pun masygul. Seusai pertandingan, saat ditanya tentang peluang Dortmund untuk membalikkan keadaan, Klopp hanya berujar: "Apa kalian pikir saya bodoh? Kami kalah 3-0 dan kini kami harus menutup mulut kami. Ini bukan situasi (untuk saya) untuk berbicara tentang harapan, atau mengeluarkan pidato-pidato hebat".

(a2s/din)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads