Dari tujuh butir manifesto tersebut, poin terakhir menyebutkan, "Daripada menyerah dan melakukan rekonsiliasi lebih baik menerima sanksi FIFA, dengan alasan yang menerima sanksi bukan hanya klub pendukung KPSI namun juga seluruh anggota PSSI".
Di kongres yang digelar di Hotel Mercure, Ancol, hari Minggu (18/3/2012) kemarin, KPSI juga memilih dan menetapkan La Nyalla Mattalitti dan Rahim Soekasah sebagai ketua umum dan wakil ketua umum baru PSSI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"KPSI sepertinya menargetkan agar Indonesia dikenai sanksi oleh FIFA," ujar Budiarto dalam wawancara dengan detikSport, Senin (19/3/2012) siang WIB.
"Ketua umum dan wakil ketua umumnya 'kan orang-orang Exco lama, kepengurusan lama. Ini seperti upaya balas dendam. Untungnya buat mereka adalah agar mereka bisa kembali masuk ke PSSI.
"Mereka ingin menciptakan krisis dan jika terjadi itu bisa menjadi upaya pengambilalihan bermacam-macam hal, seperti aset, manajemen, timnas dan lain-lain.
"Saya lihat mereka mengharapkan FIFA tertarik perhatiannya lalu berharap bisa diakomodasi untuk kembali masuk ke PSSI," papar pria yang juga wartawan senior ini.
Di hari yang sama kemarin, PSSI juga melaksanakan kongres tahunan yang digelar di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Kongres menghasilkan beberapa poin, termasuk solusi penyatuan kompetisi Indonesian Premier League (IPL) dan Indonesian Super League (ISL).
"PSSI sebaiknya bertahan saja, seperti (pepatah) anjing menggonggong khafilah, berlalu karena mereka yang diakui FIFA. Itu tidak terbantahkan lagi," lanjut Budiarto.
"Mereka (PSSI) juga sudah melakukan tawaran merger dengan ISL. Tawaran mergernya juga bagus, kita lihat saja bagaimana nantinya," pungkas dia di ujung telepon.
(rin/a2s)