Euforia yang dirasakan fans Madrid terkait kedatangan Ancelotti ke bisa jadi tak sebesar tiga tahun lalu, saat Mourinho memutuskan meninggalkan Inter Milan dan menerima pinangan El Real. Itu agak bisa dimaklumi, Ancelotti memang tak dapat sorotan sebanyak Mourinho. Juga tak punya banyak kisah kontroversial, yang seperti Mourinho membuat dia makin sering masuk halaman koran.
Ancelotti malah dianggap telah dinilai di bawah kemampuannya. Padahal, jika melihat apa yang sudah dia torehkan selama ini, pria 54 tahun itu adalah salah satu yang terbaik sekaligus tersukses yang ada di Eropa saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai Italiano dia jelas sangat tahu bagaimana cara bertahan, sebagaimana Milan menunjukkan hal itu saat dua kali menjuarai Liga Champions. Dan di saat bersamaan, Rossoneri -- serta Chelsea -- juga dibuatnya menjadi tim yang punya lini depan sangat baik bersama nama-nama seperti Shevchenko, Ronaldo, Ronaldinho, Inzaghi hingga Didier Drogba dan Nicolas Anelka.
"Saya sudah pernah bekerja dengan pelatih-pelatih hebat, tapi tidak pernah dengan seorang pelatih yang punya hubungan seperti ia dengan para pemainnya. Itu adalah kunci kesuksesannya. Dan ia elegan, bahkan saat ia sedang berbicara. Metodenya lembut dan amat sabar. Ia membuat para pemain merasa aman," puji Zlatan Ibrahimovic pada Ancelotti.
"Dari semua pelatih yang pernah bekerja sama dengan saya, ia yang menangani tim dengan paling tenang. Ia menyimpan kerisauan dan ketegangannya sendiri sehingga tim tetap tenang," komentar Paolo Maldini.
Skill unik lain yang dipunya Ancelotti adalah kemampuannya untuk bertahan saat berhadapan dengan para bos besar, yang umumnya egois, tak sabaran dan penuh campur tangan. Delapan tahun kebersamaan dengan Silvio Berlusconi di Milan menunjukkan hal tersebut, juga saat berelasi dengan Roman Abramovic di Stamford Bridge.
Kapten Roma dan Sukses Eropa Bersama Milan
Getty Images
|
Delapan musim berseragam Roma, Ancelotti lantas pindah ke Milan. Di San Siro kisah suksesnya berlanjut. Milan yang saat itu dianggap punya tim terkuat di Eropa berhasil menjuarai Liga Champions dua kali di tahun 1989 dan 1990. Meski Milan periode itu dikenal dengan trio Belandanya, Ancelotti jadi bagian penting dalam sukses yang diraih Diavolo Rosso dengan perannya di lapangan tengah permainan.
Milan kemudian jadi klub terakhir yang dibela Ancelotti. Di akhir musim 1991/1992 dia memutuskan gantung sepatu. Total dia punya 14 gelar juara bersama tiga tim berbeda: lima saat memperkuat Roma dan sembilan dalam seragam Milan.
Roma
Serie A (1): 1982β83
Coppa Italia (4): 1979β80, 1980β81, 1983β84, 1985β86
Milan
Serie A (2): 1987β88, 1991β92
Supercoppa Italiana (1): 1988
European Cup (2): 1988β89, 1989β90
UEFA Super Cup (2): 1989, 1990
Intercontinental Cup (2): 1989, 1990
Menjadi Pelatih: Reggiana Promosi, Parma Runner Up Scudetto
ist.
|
Pengalaman pertama Ancelotti jadi pelatih adalah membesut Reggiana di tahun 1995. Dia cuma semusim di sana, karena setelah berhasil mengantar klub tersebut promosi ke Seri A (dengan rekor W16 D13 L9) Ancelotti lantas pindah ke Parma.
Rosoblu juga diantar Ancelotti meraih prestasi membanggakan. Di antaranya diperkuat oleh Gianluigi Buffon dan Fabio Cannavaro, Parma bisa menuntaskan musim 1996/1997 di posisi dua klasemen dan lolos ke Liga Champions. Di musim selanjutnya Parma menuntaskan kompetisi di urutan lima.
'Spesialis' Runner Up dan Membangun Dinasti di Milan
ist.
|
Fakta tersebut membuat Ancelotti sempat dijuluki sebagai spesialis runner up. Di akhir musim 2009/2001 dia diputus kontraknya oleh Bianconeri.
Pemecatan Fatih Terim oleh Milan di awal, musim 2001/2012 menjadi awal sukses Ancelotti karena dialah yang kemudian ditunjuk sebagai pelatih pengganti. Tak ada gelar dipersembahan Ancelotti di musim pertamanya itu, namun dia berhasil membangun pondasi yang kuat dan menunjukkan indikasi positif setelah mengantar Milan melangkah sampai semifinal Piala UEFA. Milan menuntaskan musim di posisi empat, yang membuat mereka kembali berhal main di Liga Champions.
Tiga Final, Dua Trofi Liga Champions
Getty Images
|
Keberhasilan Milan di musim itu datang dari kejelian Ancelotti melihat potensi pemain-pemainnya, dengan salah satu yang paling sentral adalah penempatan Andrea Pirlo sebagai pengatur permainan namun jauh ke belakang. Selain itu Ancelotti juga berhasil menjadikan Andriy Shevchenko dan Filippo Inzaghi sebagai duet mematikan di lini depan.
Setahun berselang Milan meraih kejayaan lain setelah sukses merebut Scudetto. Rossoneri dipaksa menelan pil pahit setelah kalah di final Liga Champions 2004/2005, namun dua tahun kemudian mereka bisa membalas kekalahan atas Liverpool tersebut.
Milan bersama Ancelotti menjalani final Liga Champions ketiganya di musim 2006/2007. Dan laga yang dilangsungkan di Yunani itu berakhir dengan skor 2-1 untuk kemenangan Diavolo Rosso. Milan lantas menyempurnakan sukses tersebut dengan menjuarai Piala Dunia Antarklub, di tahun yang sama.
Delapan tahun bersama Milan, Ancelotti total memenangi Scudetto, Coppa Italia, Piala Super Italia, Liga Champions (2), Piala Super Eropa (2) serta Piala Dunia Antarklub.
Menyeberang ke Inggris
Getty Images
|
Musim pertama Carletto bersama Chelsea benar-benar berjalan mulus. Di akhir kompetisi dia langsung mengantar Johh Terry jadi juara Premier League, plus mengangkat trofi Piala FA. Itu artinya, tiga gelar langsung dipersembahkan Ancelotti buat klub barunya itu.
Namun Ancelotti gagal mengulang sukses tersebut di musim berikutnya. Setelah kalah dari MU di Community Shield, Chelsea juga gagal bersaing di Premier League. Dia pun dapat surat pemecatan usai kalah dari Everton jelang berakhirnya musim 2010/2011.
Paris Saint Germain
ist.
|
Baru semusim kemudian Ancelotti berhasil mempersembahkan gelar juara. Kompetisi masih menyisakan dua pertandingan saat PSG memastikan mengunci gelar juara Liga Prancis. Sementara di Liga Champions, Zlatan Ibrahimovic dkk berhasil melangkah sampai ke perempatfinal. Mereka didepak Barcelona dengan aturan agresivitas gol tandang, dalam laga yang berkesudahan dengan agregat 3-3.
Halaman 7 dari 7