Atletico Madrid: Bandit yang Menyaru jadi Robin Hood

Atletico Madrid: Bandit yang Menyaru jadi Robin Hood

- Sepakbola
Jumat, 23 Mei 2014 09:36 WIB
Foto-foto: Getty Images
Jakarta -

Kisah tentang sang penantang dominasi memang terdengar menarik dan kerap diminati banyak orang. Apalagi jika sang jagoan juga merepresentasikan kaum miskin.

Misalnya saja Atletico Madrid, sang tetangga Real Madrid yang baru saja menahbiskan diri sebagai juara La Liga. Tak punya uang namun bisa menentang kedigdayaan Barcelona dan El Real, tak heran jika kisah mereka mendapat simpati. Bahkan ada yang menyamakan tindak-tanduk mereka dengan Robin Hood, si penjahat pembela kaum miskin yang bermarkas di hutan Sherwood.

Jika Robin Hood menantang King John dan Sheriff of Nottingham, maka tokoh antagonis yang dilawan oleh Atletico tentu adalah Real Madrid dan Barcelona, dua poros yang mendominasi selama 10 tahun terakhir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai seorang Robin Hood, musuh pertama yang sudah ditaklukkan adalah Sherrif Of Nottingham. Klub yang dulunya diasuh oleh Tata Martino ini pada akhirnya sudah "dimiskinkan" Atletico, karena tanpa gelar La Liga, musim ini jadi musim paceklik gelar bagi Barca.

Sementara itu, Real Madrid patutnya memang memerankan tokoh King John. Torehan sembilan gelar prestasi mereka di Liga Champions membuat mereka layak menyandang sebagai King Of Europe.

Minggu (25/5) dinihari WIB nanti, sang Robin Hood pun siap-siap mengambil gelar La Decima dari tangan Iker Casillas dkk. Dan mungkin banyak orang berharap misi Atletico itu sukses, karena bukankah tokoh protagonis memang selalu ditakdirkan mendapat dukungan dari publik?

Tapi, di balik hal-hal baik yang tampak dari Atletico, nyatanya klub ini bermasalah. Dengan manajemen klub yang kacau balau dan para petinggi klub yang sering mengakali pajak, Atletico justru seperti kumpulan para bandit yang menyamar jadi Robin Hood.

Pameo Robin Hood sendiri muncul dari Sam Wallace, seorang kolumnis di The Independent. "Jauh sebelum mereka mengalami masa kejayaan di masa kini, tak ada yang bisa menyangkal bahwa ada banyak bandit yang bertanggung jawab atas masalah Atletico selama bertahun-tahun," ucapnya.

Dihantui Pajak

Apa yang diutarakan Wallace memang logis. Saat ini Atletico adalah tim penunggak pajak terbesar di benua Eropa. Bahkan, dalam tiga tahun terakhir utang pajak mereka selalu berada di atas 150 juta euro. Angka itu hampir tiga kali lipat dari utang Barcelona dan Real Madrid yang hanya berkisar 50 juta euro.

Tercatat, pada 2011 lalu utang pajak Atletico mencapai 171 juta euro. Angka ini tentu saja mengagetkan, karena kucuran Uni Eropa untuk mengatasi krisis ekonomi di Spanyol saja mencapai 40 miliar euro. Kurang lebih 500 juta euro dari uang itu lari untuk membantu klub sepakbola. Dan, ternyata, 32%-nya digunakan untuk membantu Atletico.



Patut diingat, bahwa selama bertahun-tahun otoritas pajak Spanyol memang toleran dan permisif terhadap klub-klub dalam soal pajak. Banyak pula dari klub-klub Spanyol dibiarkan memiliki utang yang kian hari makin meninggi.

Masalah muncul karena tak ada itikad baik dari pihak Atletico untuk membayar kewajibannya. Wajar saja jika pada 2012 lalu pihak UEFA menahan hadiah uang juara Europa League akibat tunggakan pajak mereka melanggar aturan financial fair play.

Tapi, nyatanya Atletico tak berubah. Bunga denda 4,5% yang menghantui selama bertahun-tahun terus diabaikan oleh pihak klub. Terbukti, semenjak 2011, Los Rojiblancos tak pernah mampu mengubah utang pajak mereka secara signifikan.

Pada awal musim kompetisi tahun ini pun utang pajak Atletico terhitung di angka 167 juta euro. Hasil penjualan Radamel Falcao ke Monaco memang mampu menutupi beban tersebut menjadi 130 juta euro pada akhir 2013. Tapi, bulan Juni Atletico harus menghadapi batas tenggat akhir untuk membuat sisa utangnya menjadi 100 juta euro.

Utang pada Bank, Pemain, dan Staf Klub

Tapi, angka-angka di atas nyatanya baru utang pajak. Kita belum membicarakan kewajiban-kewajiban lainnya.

Dalam penelitian yang dilakukan profesor akuntasi di Universitas Barcelona, Jose Maria Gay, pada 2011 lalu Atletico memiliki utang 517 juta euro kepada bank. Angka ini pun membengkak jadi 543 juta euro pada Juni 2013 "Manajemen keuangan mereka amat kronis," kata Gay. "Mereka harus melunasi utang mereka sepanjang waktu," ujarnya lagi.

Ironisnya, utang 543 juta euro pun tak jelas dari mana datangya. Pihak klub beralasan bahwa dana itu digunakan untuk membangun stadion. Namun, laporan investigasi Komite Eropa menyatakan bahwa Atletico mendapat kucuran dana 240 juta euro dari kreditor lain untuk membangun stadion baru. Ini dilakukan dengan jaminan penjualan lahan Stadion Vicente Calderon.

"Hal ini adalah anomali. Pada saat kondisi keuangan carut marut, mereka malah mencoba membangun stadion baru. Ada permainan tingkat tinggi di dalam tim untuk mengeruk dana-dana asing,” ucap Gay.

Bank-bank Spanyol sendiri memang sudah enggan untuk memberikan bantuan pinjaman bagi Atletico lagi, karena mereka sering kali terlambat membayar. Tak heran beredar isu bahwa pihak di balik pembangunan stadion itu adalah pemerintah Qatar. Bandit-bandit di Atletico juga kini mulai mendekati investor luar seperti Creative Artists Agency LLC yang berbasis di Los Angeles, Doyen Sports Investments, dan investor dari Kazakhstan dan Azerbaijan.

Tapi sebenarnya Atletico bukan hanya berutang pada bank. Pada 2011, terkuak fakta bahwa klub menunggak gaji pegawai hingga 52 juta euro. Jika dijabarkan lebih lanjut, ini berarti sekitar 81% pegawai klub belum dibayar selama bertahun-tahun.

Pemain pun mengeluhkan hal serupa. Baru-baru ini, pemain asal Brasil, Diego Ribas da Cunha, mengatakan bahwa upahnya sebesar 59 ribu euro belum dibayar Atletico. Harian Marca memprediksi beberapa pemain lain mengalami hal serupa, tapi memilih bungkam karena tau kondisi klub sedang tak kondusif.

Akhir 2013 Marca melaporkan hasil investigasi independen yang menyatakan bahwa hanya enam pemain Atletico yang 100% murni dimiliki oleh klub. Sisanya, pemain-pemain tersebut dimiliki berbarengan dengan pihak ketiga, baik agen mapun sponsor.

Meski dibolehkan oleh penyelenggara kompetisi, apa yang dilakukan Atletico ini sudah kelewat batas. Sebabnya, hal ini dilakukan untuk menghindari pajak, karena pajak pemain akan ditanggung seluruhnya oleh pihak ketiga.

Laporan itu juga menjelaskan bahwa pembelian Falcao dari Porto pun sebenarnya hanya akal-akalan pihak klub untuk menghindar pajak penjualan Sergio Kun Aguero ke Manchester City.

Lalu siapakah yang berada di balik kecarut-marutan ini semua?

Lelaki Gendut Bermulut Kotor

Tahun 1992, undang-undang olahraga Spanyol mewajibkan seluruh klub La Liga berubah bentuk menjadi Plc (Kecuali Real Madrid, Barcelona, Atletic Bilbao dan Osassuna). Jesus Gil, yang menjabat presiden Atletico Madrid sejak tahun 1987, otomatis menjadi pemilik resmi setelah menguasai 100% saham dengan menanamkan 13 juta euro di klub.

Ternyata, hampir 9 tahun fans ditipu. Ini karena investigasi pengadilan memaparkan banyak kejanggalan terkait penanaman modal yang dilakukan Gil.

Dalam kurun waktu 1999-2002, Atletico terseret skandal yang populer disebut Caso Atletico. Gil, yang kala itu menjabat sebagai Walikota Marbella, terbukti melakukan tindak pidana korupsi dan penggelapan pajak. Dan Atletico-lah yang jadi muara pelarian tempat mencuci uang. Beberapa pejabat Atletico saat ini –seperti anak Gil yang kini menjabat sebagai CEO klub, Miguel Angel Gil dan presiden klub Enrique Cerezo—juga terlibat dalam kasus tersebut.

Tahun 2002, hakim Pengadilan Nasional, Juan del Olmo, memerintahkan penyitaan saham dan harta benda Jesus Gil di Atletico Madrid. Pengadilan juga memblokir saldo berbagai rekening bank milik klub.

Dalam kondisi pelik seperti itu, dengan cerdik Gil membuat Atletico terdegradasi tahun 2000. Upaya yang ampuh untuk mengakali pajak, karena klub-klub di divisi segunda memang diberikan keringanan berupa dibebaskan dari pajak. Selama dua musim Atletico bebas dari pajak, sebelum kembali promosi tahun 2002.

Sid Lowe, seorang sejarawan yang kerap menulis di The Guardian, mengatakan bahwa Jesus Gil adalah seorang lelaki gendut bermulut kotor, multijutawan yang bekerja di rumah bordil, yang dihukum karena menipu dewan kota Marbella, menekan sesama presiden klub, pernah mengancam pemainnya untuk dijadikan santapan buaya, dan orang gila yang menghancurkan Atletico dari dalam.

Saat ini, di Spanyol, Atletico adalah salah satu klub dengan pemasukan terbesar dari pendapatan hak siar, sponsor, maupun rataan jumlah penonton per-pertandingan. Namun carut-marut manajemen keuangan yang kacau membuat klub ini akan selalu jadi pesakitan.

Sam Wallace dalam kolomnya di The Independent pun menyebut klub ini sebagai salah satu klub Eropa terburuk yang dikelola pada zaman modern. Kebijaksanaan lama orang-orang dalam, baik dari politisi maupun akuntan, memperburuk kondisi mereka.

Jesus Gil memang telah meninggal tahun 2004 lalu, namun sayangnya bandit-bandit yang setia menemani Gil masih tetap bercokol di dalam tubuh Atletico. Folklore Robin Hood nyatanya cukup menggambarkan kondisi klub saat ini, karena dalam gerombolan hutan Sherwood itu pun tetap ada para pengikut yang bermental bandit bukan? Dan, sebagaimana Robin Hood, Gil dkk terlalu lihai untuk dapat dijerat hukum.




===

* Akun twitter penulis: @aqfiazfan dari @panditfootball

(a2s/krs)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads