Melongok Angers yang Bertengger di Peringkat Ketiga di Ligue 1

Melongok Angers yang Bertengger di Peringkat Ketiga di Ligue 1

Taufiq Nurshiddiq - Sepakbola
Selasa, 05 Jan 2016 11:02 WIB
Foto-foto: AFP
Jakarta -

Jika rataan harga pemain tiap kesebelasan Ligue 1 menjadi acuan posisi di tabel klasemen, maka Paris Saint-Germain (17,2 juta euro) dan AS Monaco (5,74 juta euro) telah berada di tempat yang tepat. Dua kesebelasan yang secara berurutan menjadi yang paling "boros" membeli pemain itu juga duduk di peringkat pertama dan kedua di akhir paruh pertama.

Tapi mari kita bicara tenang Angers SCO. Rataan harga pemain yang dimilikinya menjadi yang terkecil di antara semua peserta Ligue 1 musim ini yaitu hanya sekitar 606 ribu euro. "Seharusnya" mereka berada di peringkat terakhir klasemen. Nyatanya, mereka menduduki peringkat ketiga.

Jikalau pembaca masih kurang akrab dengan nama Angers, bisalah itu dipahami. Namun, dalam sejarah sepakbola Prancis, mereka bukanlah kesebelasan dari antah berantah. Angers menghabiskan nyaris seperempat dari seluruh hidup mereka – 23 dari 96 tahun tepatnya – di divisi tertinggi. Raymond Kopa, peraih tiga gelar juara European Cup secara berturut-turut (1957, 1958, 1959) serta pemenang Ballon d'Or 1958, memulai karirnya di klub ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun sebelum akhirnya meraih promosi ke Ligue 1 musim ini, Angers absen selama 21 tahun sehingga mereka tampak seperti outsider. Macam "makhluk asing" bagi penikmat sepakbola di jagat luar Prancis.

Lewat kemenangan tandang 0-2 melawan Montpellier HSC di pekan pembuka, Angers langsung menduduki peringkat pertama. Saat itu mungkin tidak banyak yang sudi memperhitungkan Angers. Maklum saja, sudah biasa, toh, di laga pembuka ada saja kesebelasan kurcaci yang ujug-ujug moncer?

Perlahan pandangan umum tentang Les Scoistes berubah. Dalam perjalanan mereka sepanjang putaran pertama, peringkat terburuk Angers adalah peringkat ketujuh. Mereka bahkan sempat menduduki peringkat kedua selama lima pekan. Setelah menjalani 19 pertandingan dan berhadapan dengan semua lawan, Angers mengakhiri putaran pertama di peringkat ketiga, di atas kesebelasan-kesebelasan besar seperti AS Saint-Etienne, Olympique Lyon, dan Olympique de Marseille yang kini hanya nangkring di peringkat keenam, kesembilan, dan kesepuluh.

Dalam 19 pertandingan itu pula Angers mengukir banyak kisah termasuk menghentikan rangkaian 26 pertandingan selalu mencetak gol milik PSG (dan menggagalkan ambisi PSG untuk meraih kemenangan kesepuluh secara beruntun) dan memaksa Lyon menjalani perpisahan yang pahit dengan Stade de Gerland.

Sepanjang putaran pertama Angers meraih delapan kemenangan dan hanya kalah sebanyak empat kali. Bermain kandang atau tandang Angers sama baiknya. Di Stade Jean-Bouin, Angers hanya kalah sebanyak satu kali serta meraih tiga kemenangan dan enam hasil imbang. Pada pertandingan tandang Angers memang menderita tiga kekalahan, namun mereka membayarnya dengan lima kemenangan dan bermain imbang sebanyak satu kali saja.

Semua itu diraih Angers dengan bermain secara sederhana dan bersama-sama. Mereka tidak memiliki pemain bintang atau juru taktik ternama – walau Stephane Moulin, sang pelatih kepala, jelas tidak bisa dipandang sebelah mata. Moulin tidak bergantung kepada satu formasi tertentu atau kepada pemain tertentu, walau ada beberapa pemain yang perannya spesifik dan karenanya sangat penting.



Taktik Angers secara umum, kurang lebih, seperti ini: menumpuk pemain di area pertahanan ketika bertahan, dan melancarkan serangan cepat ketika bola dalam penguasaan. Yang membuat mereka berbahaya adalah, dari mana pun Angers menyerang, Angers menyerang bersama-sama. Praktis hanya dua bek tengah yang tidak terlibat aktif dalam serangan. Bahkan gelandang bertahan, Romain Saiss, cukup aktif menyerang hingga dalam 16 pertandingan ia melepas 12 tembakan.

Para gelandang Angers terlibat aktif dan memainkan banyak peran dalam menyerang sehingga menjadi dua teratas dalam daftar pencetak gol terbanyak. Keduanya justru adalah pemain gelandang. Cheikh Ndoye, sang kapten kesebelasan yang bermain sebagai gelandang tengah, seringkali terlihat di dalam kotak penalti dan menjadi tujuan umpan silang. Dalam 16 pertandingan ia melepas 34 tembakan. Ia sudah mencetak lima gol.

Tepat di belakang Ndoye dalam daftar pencetak gol terbanyak Angers adalah Thomas Mangani, yang juga seorang gelandang tengah. Mangani sejauh ini telah mencetak tiga gol. Berbeda dengan Ndoye yang sering masuk ke dalam kotak penalti dan memenangi duel udara, keunggulan Mangani adalah eksekusi bola mati dengan kaki kiri. Ia mencetak tiga gol; satu dari tendangan bebas langsung dan dua lainnya dari titik penalti. Lewat eksekusi tendangan bebas pula Mangani mencetak dua dari tiga assist-nya.

Berbicara mengenai eksekutor bola mati, Angers tidak hanya memiliki Mangani. Mereka juga memiliki Billy Ketkeophomphone yang sudah mencetak empat assist dan hanya satu dari empat assist tersebut yang berasal dari open play; satu lainnya dari tendangan bebas dan dua lainnya dari sepak pojok. Angers memiliki Mangani yang kaki dominannya adalah kiri dan Ketkeophomphone yang kaki dominannya adalah kanan.

Anugerah ini membuat Angers berbahaya dalam situasi bola mati di titik mana pun di lapangan. Tidak mengherankan jika 12 dari 17 gol Angers musim ini berasal dari situasi bola mati dengan rincian tujuh tendangan bebas tidak langsung, dua penalti, dua sepak pojok, dan satu tendangan bebas langsung.

Namun itu bukan berarti Angers hanya bisa mencetak gol dari bola mati. Untuk mendapatkan peluang dari situasi bola mati, pertama-tama mereka tentu harus menyerang. Jika tidak menyerang maka Angers tidak mendapatkan sepak pojok atau tendangan bebas.

Sejauh ini taktik yang mereka gunakan adalah menyerang secara bersama-sama, telah membawa Angers melepas 143 umpan kunci sepanjang putaran pertama. Jika dirata-ratakan, Angers melepas lebih dari tujuh umpan kunci per pertandingan (7,53 tepatnya). Itu jumlah yang tidak sedikit untuk kesebelasan yang rataan penguasaan bolanya hanya 46% dan akurasi umpannya hanya 78%.

Satu kekurangan dalam serangan Angers adalah: dua bek tengah tidak selalu mendapat perlindungan atau bantuan ketika lawan melancarkan serangan balik. Serangan Angers yang merepotkan lawan tidak hanya meninggalkan celah yang lebar untuk diserang lawan, namun juga celah yang besar untuk para pengeritik.



Namun statistik membuktikan bahwa Angers baik-baik saja. Angers toh tidak kebobolan lebih banyak dari jumlah gol yang mereka cetak ke gawang lawan. Sepanjang putaran pertama mereka menorehkan catatan 412 clearances, 277 interceptions, dan 61 blok. Rata-rata dalam setiap pertandingan Angers melakukan 39,47 defensive actions.

Lagi pula jika lawan berhasil menembus pertahanan mereka, Angers tidak akan begitu saja kebobolan karena mereka memiliki seorang penjaga gawang yang sangat dapat diandalkan: Ludovic Butelle.

Di usia 32 tahun, ia menjadi penjaga gawang yang sempurna untuk Angers; cukup tua untuk mengantungi banyak pengalaman penting dan tidak terlalu tua untuk menjadi lambat. Refleks Butelle masih terhitung sangat baik. Kecuali ketika tiga kali salah perhitungan dalam pertandingan melawan Lorient, Butelle tampil baik sejauh ini. Sebelas kali ia mencatatkan clean sheet. Butelle adalah pelindung terakhir gawang Angers jika lawan berhasil menembus pertahanan kolektif kesebelasannya.



Berbicara mengenai kesebelasan kecil yang menempati papan atas, pasti ada saja anggapan mereka dibantu keberuntungan. Salah satu bentuknya adalah tembakan-tembakan lawan yang membentur tiang, yang andai masuk ke gawang, pasti mengubah hasil akhir pertandingan.

Tidak salah, memang. Montpellier bisa saja tidak kalah 0-2 di pekan pertama jika dua tembakan mereka tidak membentur tiang gawang Angers. Caen juga bisa saja menang 2-0 jika dua tembakan mereka tidak membentur tiang dalam pertandingan melawan Angers yang berakhir tanpa gol. Rekor selalu mencetak gol PSG bisa saja tidak putus dan mereka mungkin sudah berhasil menorehkan sepuluh kemenangan beruntun jika satu tembakan di pertandingan melawan Angers tidak membentur tiang.

Angers beberapa kali "terbantu" keberuntungan. Namun ada juga sisi terbaliknya: sembilan kali tendangan Angers membentur tiang. Tiga di antaranya bahkan terjadi dalam pertandingan yang berakhir 0-0 melawan Guingamp, Caen, dan PSG. Andai tembakan-tembakan tersebut masuk, Angers tentu bisa saja keluar sebagai pemenang.

Ah, yang terjadi, terjadilah. Yang Angers tahu, mereka kini berada di posisi aman dari degradasi. Tidak hanya aman dari degradasi, malah. Posisi mereka cukup tinggi untuk pantas menggenggam impian tampil di kejuaraan tingkat Eropa. Masih ada 19 pertandingan tersisa, namun untuk saat ini, nikmati dululah peringkat ketiga.


=====

* Akun twitter penulis: @nurshiddiq dari @panditfootball

(a2s/roz)

Hide Ads