Tengkorak St. Pauli (Bagian 1)

Tengkorak St. Pauli (Bagian 1)

- Sepakbola
Kamis, 07 Mar 2013 07:51 WIB
theoffside.com
Jakarta - Hamburg, kota pelabuhan di ujung timur Jeman, menjadi saksi kemunculan klub sepakbola rock 'n roll pertama. Kita tidak akan membicarakan Hamburg SV dengan Rafael Van Der Vart atau bahkan wonderkid Korea Selatan, Son Heung Min, yang sedang ramai dibicarakan itu. Kita akan berbicara tentang Sankt Pauli.

Klub ini telah menjadi kultus bukan hanya di Hamburg, tapi juga di banyak belahan dunia lainnya, tak terkecuali di Indonesia. Mungkin tidak ada klub dengan prestasi amburadul yang "dikultuskan" sedemikian rupa di banyak wilayah melebihi St. Pauli, bahkan tidak juga West Ham United yang di sini jadi kondang karena film populer Green Street Hooligans itu.

Kemasyhuran St. Pauli oleh kekhasan para suporternya yang luar biasa. Kecintaan mereka terhadap St. Pauli melebihi kecintaan mereka terhadap apa itu kemenangan, kesuksesan, atau sekadar permainan hebat. Tidak jarang mereka enggan atau bahkan tak sudi menonton pertandingan sepakbola yang dimainkan oleh kesebelasan lain, betapa pun hebat dan indahnya permainan mereka. Banyak dari mereka yang hanya mau menonton St. Pauli.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dan fanatisme terhadap St. Pauli itu tentu bukan lahir dari ruang kosong. Fanatisme itu merefleksikan sejumlah nilai dan spirit yang melekat pada St. Pauli. Saya beruntung pernah singgah di sana dan merasakan [walau sepintas] bagaimana nilai dan spirit itu yang menjadi fondasi fanatisme suporter St. Pauli.

****

Sankt Pauli bukan hanya sekedar salah satu tempat di kota Hamburg. Lebih dari itu, lingkungan di kota ini memberi pelajaran hidup bagaimana kebebasan dan toleransi sangat dijunjung tinggi.

Toleransi adalah kenyataan hidup di tempat ini. Hiburan, kesenangan dan suasana Reeperbahn di malam hari menjadikan St Pauli rumah bagi para masyarakat kelas bawah, pengangguran, pelacur, waria, mahasiswa dan imigran sekalipun. Jika warga Hamburg berkata, "Saya di Kiez", itu bukan berarti dia sedang berada di salah satu tempat atau lingkungan, beda halnya ketika anda berada di Berlin. Kiez di Hamburg berarti salah satu tempat prostitusi yang paling terkenal.

You’ll never walk alone, itu yang dirasakan selama berada di Sankt Pauli. Sementara bagi para petualang cinta, tempat ini bagaikan surga dunia. Terpusat di "Sinful Mile" atau Reeperbahn yang dikelilingi ratusan bar, tempat ini sudah lama dikenal sebagai kawasan prostitusi. Hampir tiap malam, tempat ini ramai dikunjungi para pelaut yang sedang libur serta para pelancong yang menghabiskan waktu di klub striptease.

Tempat lain yang cukup masyhur adalah Hamburger Berg dan Hans Albers Platz. Merupakan suatu kesenangan berkeliling di tempat ini. Toko penjual alat bantu seks, klub-klub malam yang menyediakan pelacur terbaik yang ada di negeri ini hingga bar-bar yang menjual minuman sangat murah. Suatu kerugian jika anda pergi ke Hamburg tidak menyinggahi daerah ini atau berkunjung ke mari tapi pulang sebelum tengah malam.

Tidak heran jika The Beatles sempat menyebut kota ini sebagai "Sin City". Sebelum menjadi band yang disanjung di mana-mana, The Beatles pernah bermain di sini selama kurang lebih 2,5 tahun lamanya. Menilik latar belakang di atas, jadi masuk akal juga jika Jack Daniel, salah satu merk minuman keras terkenal, juga sempat menjadi sponsor St. Pauli.



Simbol tengkorak dan tulang yang bersilang terlihat di mana-mana, di hampir semua toko dan kios, juga sudut-sudut jalan. Simbol itu tak lagi jadi milik para kriminal, tapi mewakili "anak ideologis" wilayah ini yang kini sangat termasyhur: FC Sankt Pauli.

Prinsip "anarko libertarian" klub ini banyak menginspirasi orang lain. St. Pauli memiliki lebih dari ratusan atau bahkan ribuan fans di seluruh dunia. Di Inggris biasanya fans St. Pauli berkumpul di London Zeitgeist's Pub atau di Edinburgh's Murrayfield Bar setiap akhir pekannya. Mereka bertemu di sana untuk menonton pertandingan melalui televisi. Di Birmingham sekumpulan penggemar yang menamakan Birmingham Boys in Brown menggelar konser amal yang bernama Brownstock dan mengumpulkan uang sebesar 1.370 pounds ketika tim ini dirundung masalah finansial.

Dan bukanlah hal yang aneh beberapa band dan musisi sering mengenakan baju tim ini: A Day To Remember, The Gaslight Anthem sampai Sigur Ros. Salah satu hal yang unik jiga menonton pertandingan Sankt Pauli adalah ketika pertandingan akan dimulai, anda akan mendengar dentungan lagu dari AC/DC yang berjudul Hell's Bells dan lagu Song 2 yang dibawakan oleh Blur ketika tim tuan rumah mencetak gol.

Simbol tengkorak itu mewakili semangat St. Pauli. "Ini adalah simbol (tengkorak) kita sebagai orang miskin kelas pekerja yang menentang tim sepakbola seperti Bayern (kaya) dan kita memposisikan sebagai bajak laut yang berjuang untuk rakyat miskin melawan yang kaya," ucap seorang petugas keamanan Stadion Millerntor, kandang Sankt Pauli. Stadion Millerntor ini unik, di mana ada beberapa tempat duduk khusus yang dilengkapi pompa bir dan kereta berisikan hot dog yang bisa diakses dari dapur stadion menuju VIP.

Beruntung saya punya kenalan yang bisa menemani perjalanan saya di Hamburg. Nama kenalan saya adalah Stefanie Schloms. Dia bukan hanya mengantarkan saya berkeliling Reeperbahn, tapi juga memandu saya untuk memahami bagaimana dan seperti apa St. Pauli. Sebotol Jagermeister telah saya siapkan untuk menemani perjalanan saya malam itu.

(Bersambung ... Baca di sini)




(krs/a2s)

Hide Ads