Istora sedang direnovasi untuk menyambut Asian Games 2018. Istora, yang bakal digunakan sebagai venue untuk bulutangkis dan basket, menunjukkan perbedaan dengan bangku single seat dan dilengkapi teknologi baru.
Dari penampakannya, Istora tak masalah untuk menggelar cabang olahraga bulutangkis, yang pemainnya memiliki tinggi badan tak sampai dua meter. Tapi, Istora kurang mengakomodasi atlet dengan postur tinggi besar. Itu terlihat dari tinggi pintu masuk dan area ruang ganti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apalagi, jika yang bakal tampil adalah pebaset dunia. Saat ini Indonesia sedang mengikuti bidding menjadi tuan rumah bersama Filipina pada Piala Dunia 2030.
"Saya rasa evaluasinya positif. Saat mereka (FIBA) empat bulan yang lalu ke Istora tak bisa membayangkan bisa seperti hari ini dan dia (Ingo Weiss, commission members) menyebut ini bukan pekerjaan 24 jam, melainkan 48 jam," ucap Erick, selesai mendampingi peninjauan FIBA ke Istora.
[Baca Juga: Ikut Bidding Tuan Rumah Piala Dunia 2023, Prestasi Basket Indonesia Disorot]
"Tetapi, memang ada perbaikan nanti jika ada Piala Dunia. Karena, isu yang besar di arena ini adalah tempat ganti pemain. Kita tahu pemain-pemainnya memiliki postur 2 meter sekian. Itu yang perlu ada tambahan bangunan di belakang. Apakah itu bangunan berupa sementara atau permanen, itu yang nanti akan diputuskan. Tapi secara stadion basket itu kapasitasnya cukup. Itu dulu," ujar Erick lagi.
Tapi, Erick tak butuh renovasi besar-besaran untuk mengakomodasi masalah tersebut. Dia bilang renovasi tak sampai 50 persen.
"Stadium ini rencana selesai akhir tahun ini dan akan serah terima. Tapi jika buat Piala Dunia maka perlu tambahan sekitar 20 persen lagi. Itu tidak banyak lah," dia menambahkan.
(mcy/fem)











































