Ikut Bidding Tuan Rumah Piala Dunia 2023, Prestasi Basket Indonesia Disorot

Ikut Bidding Tuan Rumah Piala Dunia 2023, Prestasi Basket Indonesia Disorot

Mercy Raya - Sport
Rabu, 18 Okt 2017 16:25 WIB
Erick Thohir, presiden SEABA (dok. Perbasi)
Jakarta - Indonesia memiliki Pekerjaan Rumah (PR) besar dalam mencalonkan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia 2023. Prestasi basket Tanah Air jadi sorotan.

Indonesia mencalonkan diri sebagai tuan rumah bersama Kejuaraan Dunia Basket 2023 berdampingan dengan Filipina dan Jepang. Saat ini, proses bidding masih berjalan. FIBA akan memutuskannya Desember 2017.

FIBA intens mengecek keseriusan Indonesia dengan rencana tersebut. Mereka sudah dua kali berkunjung ke Istora, Senayan, Jakarta, sebagai venue Piala Dunia itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari dua kali kunjungan itu, FIBA mengapresiasi renovasi Istora yang menunjukkan perubahan signifikan. Tapi, FIBA mencatat tiga poin penting untuk memenuhi syarat tuan rumah Piala Dunia. Salah satunya prestasi basket Indonesia.

[Baca Juga: FIBA Tak Menyangka Peningkatan Renovasi Istora untuk Piala Dunia 2023]

"Alhamdullilah kami sudah masuk rapat putaran kedua. Poinnya ada tiga. Pertama, sudah kami putuskan adalah arena yang digunakan pada Piala Dunia 2023 nanti yaitu arena Asian Games 2018, Istora. Jadi, ini bagus sebagai trial Indonesia sebelum Piala Dunia," kata Erick Thohir, Presiden SEABA (Asosiasi Basket Asia Tenggara) usai rapat.

"Tadinya, mereka (FIBA) memang sempat ragu-ragu apakah Istora bisa dipakai untuk basket. Sekarang Asian Games saja di sana. jadi itu yang menjadi catatan penting mereka," ujar pria yang juga menjabat sebagai ketua INASGOC dan KOI itu.

"Yang kedua, lebih ke prestasi bola basket Indonesia. Indonesia memang nomor kedua di Asia Tenggara. Tetapi, karena ini dunia, bagaimana Indonesia mempersiapkan tim yang bisa berkompetisi secara dunia. Makanya, kami yakinkan tadi bahwa pemerintah Indonesia saat ini sedang melakukan terobosan-terobosan bagaimana cabang-cabang olahraga akan menjadi prioritas. Dalam arti membuat pelatnas jangka panjang," kata Erick yang juga Presiden Inter Milan itu.

Selain menyangkut Indonesia, satu catatan lain bersinggungan dengan negara-negara Asia lain yang juga mencalonkan diri sebagai tuan rumah. Sebab, waktu tempuh Jakarta ke Filipina dan Jepang cukup panjang.

[Baca Juga: Indonesia Ajukan Sebagai Tuan Rumah Kejuaraan Dunia Basket 2023, Sanggupkah?]

"Yang ketiga, memang selain arena dan tim, bagaimana Indonesia, Filipina, dan Jepang bisa bekerja sama. Sebab, jarak tempuhnya itu Indonesia-Filipina enam jam, Filipina-Jepang enam jam, dan Jepang-Indonesia tujuh jam. Ini sesuatu yang akan dipresentasikan di Filipina. Bagaimana tiga negara menjadi satu sebagai host? Tetapi, saya yakinkan mereka bahwa lihat saja Asian Games di Indonesia bisa berjalan," Erick membeberkan.

"Jadi tidak hanya Filipina -Jepang bisa belajar dari Indonesia, tetapi Indonesia bisa belajar dari Filipina terkait basket, atau belajar dari Jepang yang menjadi host Olimpiade 2020," ujar Bos Mahaka Grup.


(mcy/fem)

Hide Ads