IBL bergulir di enam kota. Selain Semarang, Bandung, Yogyakarta, Kediri, Surabaya, dan Malang. Tiga di antaranya, Semarang, Bandung, dan Yogyakarta mendapat jatah dua kali menggelar kompetisi tersebut.
Semarang sebagai kota pembuka yang menyelenggarakan kompetisi basket pada 10-12 Januari, kemudian berlanjut Seri II di Bandung (17-19 Januari). Jakarta kebagian seri III mulai 31 Januari-2 Februari, lantas bergulir di Yogyakarta (6-8 Februari) pada seri IV. Itu ditambah All Star Game tanggal 9 Februari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebetulnya kota-kota dengan antusiasme basket yang baik banyak. Namun, dengan limit waktu yang ada kami harus selektif. Kami pilih Kediri karena secara riwayat punya sejarah yang cukup kuat," kata Direktur Utama IBL, Junas Miradiarsyah, dalam jumpa pers di FX Sudirman, Senayan, Selasa (1/10/2019).
Terutama, kata Junas, dari mulai pemain-pemainnya cukup bagus, bahkan sampai ke level Timnas.
"Kemudian antusiasmenya juga bagus, terbukti beberapa acara basket baik nasional maupun internasional responnya baik," dia menambahkan.
"Selain itu, pemerintah kota di sana sangat mendukung dengan adanya IBL. Akhirnya kami putuskan ada kota baru di musim depan yaitu Kediri. Kota itu menggantikan kota sebelumnya yaitu Bali," ujar dia.
Mantan pemain nasional itu optimistis antusiasme pecinta basket di Kediri bakal lebih besar dari kota lainnya. "Kami optimistis karena sudah cukup lama kompetisi basket tak main di Kediri. Seperti yang saya katakan, salah satu kota sejarah basket yang cukup kuat. Tahun lalu ada turnamen internasional basket itu membludak. Pesertanya ramai, stadionya penuh, itu yang membuat kami percaya diri bahwa masyarakat basket di sana cukup basket," jelas dia.
Lagipula kata Junas, perjalanan tim-tim peserta untuk pindah dari satu kota ke kota lainnya termasuk ke Kediri tidak memakan waktu banyak. Dengan kata lain memudahkan tim untuk berpindah tempat.
(mcy/fem)