Dalam beberapa tahun terakhir, F1 selalu menghadirkan juara baru. Tahun 2006 Fernando Alonso juara, berikutnya Kimi Raikkonen tampil sebagai pemenang, setahun berselang giliran Lewis Hamilton menjadi raja, dan musim lalu titel menjadi milik Jenson Button.
Dari empat nama itu, hanya Button yang memastikan gelar sebelum seri terakhir, yakni di balapan ke-16 dari 17 lomba yang dilangsungkan. Untuk selisih poin, ketika Raikkonen dan Hamilton juara, keduanya hanya unggul satu angka dari pesaing terdekatnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun musim 2010 menjadi balapan yang paling seru. Demikian diungkapkan oleh pembalap F1 era 1990-an, Mika Hakkinen.
"Dalam beberapa tahun terakhir F1 memang menarik, namun apa yang terjadi tahun ini melebihi tahun-tahun sebelumnya," ujar Hakkinen kepada Motorsport Magazin seperti dikutip dari Planet-F1.
Juara dunia F1 musim 1998 dan 1999 itu menilai bahwa adanya lima kandidat juara menjelang tiga seri tersisa merupakan hal yang membuat kompetisi musim ini lebih asyik dibanding waktu-waktu sebelumnya.
"Ini sukar dipercaya karena masih banyak pembalap yang bertarung untuk gelar juara. Ini luar biasa," tandas dia.
Soal juara, Hakkinen berpendapat Mark Webber punya kans paling besar. Meski begitu pria 43 tahun itu menilai bahwa Sebastian Vettel memiliki potensi untuk memberikan kejutan.
"Webber telah melakukan pekerjaan dengan luar biasa di musim ini. Dia menunjukkan sebuah trend positif dan memiliki mental yang sangat kuat. Sesuatu telah berubah pada dirinya, dan perubahan itu ada dalam hal yang positif."
"Masih ada tiga balapan dan Vettel bukanlah lawan yang mudah. Dia masih muda, penuh semangat, dan berusaha keras," tandas eks driver Lotus dan McLaren tersebut.
Hakkinen menilai hal yang bisa membuat Vettel gagal adalah dirinya sendiri. "Vettel tidak takut untuk berusaha bahkan hingga melampaui batas, seperti Michael Schumacher. Namun ketika Anda melampaui batas, maka Anda bisa melakukan kesalahan," kata Hakkinen.
"Hal itu memang bisa menyakitkan. Namun saya pribadi lebih suka untuk bisa melampaui batas daripada di bawah batas. Saya bisa mengerti mentalitas dari kedua pembalap itu," tutupnya.
(nar/roz)