Keterlibatan Bianchi pada kompetisi 2013 terbilang menarik karena ia baru bergabung dengan Marussia hanya beberapa hari sebelum musim dimulai. Sebagai seorang debutan, penampilannya di dua seri pertama, di Australia dan Malaysia, pun menyita perhatian tersendiri.
Meskipun tidak meraih angka, baik di Melbourne maupun Sepang, namun ia mampu mengatrol dirinya dan menyelesaikan lomba. Di Australia ia start di urutan 19, finis nomor 15. Berikutnya di Malaysia, ia memulai balapan juga dari posisi 19 dan merampungkannya di peringkat ke-13, di depan rekan setimnya Max Chilton dan dua pebalap Caterham.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lahir di Nice, Bianchi memiliki darah keturunan pebalap. Kakeknya, Mauro Bianchi, adalah juara dunia tiga kali di kategori GT. Pamannya, Lucien, pernah memenangi 24 Hours of Le Mans di tahun 1968, dan pernah tampil di 19 balapan Formula 1 antara tahun 1959-1968, dan naik podium satu kali di Monaco.
Setelah menggeluti Formula Renaut, Formula 3, dan GP2, Bianchi mendapatkan kesempatan di F1 ketika direkrut Ferrari sebagai test driver di musim 2011. Di musim berikutnya ia dipinjamkan si "Kuda Jingkrak" ke Force India, dan ia turun sembilan kali di sesi latihan hari Jumat.
Di akhir musim Bianchi mengaku sempat berharap akan dipromosikan sebagai pebalap utama Force India, setelah Nico Huelkenberg habis kontraknya. Namun Force India kemudian memilih merekrut Adrian Sutil sebagai partner Paul di Resta. Peruntungan Bianchi tiba setelah digaet Marussia pada 1 Maret lalu, menggantikan Luiz Razia yang kontraknya diputus karena urusan sponsor.
"Bahwa Force India tidak menginginkan diriku, itu tidak mengubah apapun. Aku selalu termotivasi. Aku tak punya perasaan berlebihan untuk membuktikan diriku. Aku cuma ingin membuktikan bahwa aku cukup bagus untuk berada di F1 dan layak mendapatkan sebuah kursi di dalam kokpit. Aku berusaha yang terbaik," tuturnya.

Biachi mengaku sangat senang berada di Marussia walaupun masa adaptasi dengan lingkungan barunya belum banyak. Namun ia sudah merasakan atmosfer yang positif di tim asal Rusia itu.
"Tim yang sangat friendly, seperti sebuah keluarga kecil, lebih kecil dibanding tim-tim lain. Itulah yang membuat aku lebih mudah untuk menghafal nama-nama semua orang!"
Tentang ambisinya, Biachi memasang target "minimal", yaitu finis di setiap balapan. Bagaimanapun ia adalah seorang rookie yang masih perlu banyak belajar dan menambah jam terbang.
"Kehidupan tidak otomatis berubah semenjak dari kini telah menjadi pebalap penuh F1. Aku sering berlatih, seperti tahun lalu dan tahun sebelumnya lagi. Kehidupan itu mirip, walaupun sekarang akau akan sedikit lebih sibuk karena ada beberapa hal lain yang harus dikerjakan," imbuh Biachi.
(a2s/krs)