Bianchi meninggal dunia pada Jumat akhir pekan lalu setelah mengalami koma selama sembilan bulan. Pebalap asal Prancis berusia 25 tahun itu sudah tak sadarkan diri setelah mengalami kecelakaan di Sirkuit Suzuka dalam gelaran GP Jepang 2014.
Accident Data Recorder (ADR) tim Marussia, yang dipublikasikan secara eksklusif oleh Auto Motor Und Sport, menyatakan kalau Bianchi kehilangan kontrol atas mobilnya di lintasan basah saat melaju dalam kecepatan 213 km/jam. Dalam waktu 2,61 detik kemudian dia menghantam crane di pinggir lintasan dalam kecepatan 126 km/jam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara data yang diperoleh dari ear plug Bianchi menyebut kalau benturan yang dialami Bianchi mencapai 92G. Namun data terbaru menyebut lain lagi karena FIA yakin ear plug Bianchi terlepas saat kejadian sehingga tidak bisa memberikan data akurat.
FIA meyakini kalau tekanan yang dialami Bianchi akibat benturan itu adalah 254G. Demikian dikutip dari ESPN.
Sebagai perbandingan, kecelakaan yang dialami Fernando Alonso pada ujicoba pramusim lalu terjadi menyebabkan benturan sebesar 25G. Akibat kejadian tersebut Alonso kehilangan kesadaran dan sempat mengalami amnesia ringan.
"Masalahnya adalah mobil Marussia itu sebagian masuk ke bawah crane, dan karena itulah mobil itu dapat tekanan ke bawah dari bagian luar crane. (Benturan) itu seperti rem, tapi dengan penurunan kecepatan yang sangat mendadak - dan dalam proses ini ada kontak antara helm dan crane. Kami tidak pernah melihat yang seperti ini sebelumnya," ungkap Wakil Presiden Komisi Keselamatan FIA, Andy Mellor.
Dalam dunia balap, 1G adalah tekanan yang diterima sebuah objek (pebalap) saat berakselerasi dengan kecepatan yang sama seperti saat jatuh bebas akibat gaya gravitasi (9,8m/s2). Saat mendapat tekanan 1G, pebalap menerima beban sebesar 1 kali bobot tubuhnya sendiri. Jadi saat Bianchi diyakini mengalami benturan dengan kekuatan 254G maka dia pada momen kecelakaan itu dia menerima beban beratus kali beban tubuhnya sendiri.
(din/cas)