Rossi acapkali memperlihatkan hasil kurang oke dalam sesi-sesi latihan, bahkan kualifikasi, untuk bangkit dan menunjukkan performa yang sama sekali berbeda saat hari balapan.
"Valentino merupakan si sosok tua nan lihai yang sepertinya tahu tak perlu latihan, ikut kualifikasi, melakukan pengembangan ini-itu pada motor... di hari Minggu ia ikut balapan dan itu yang terpenting. Tentu saja ia berusaha keras di sesi-sesi lain tapi saya pikir Valentino yang asli keluar di hari Minggu," ujar Rainey di Crash.net.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Itu dicapai rider Italia 38 tahun tersebut dalam musim ke-22 yang ia jalani di musim grand prix dan Rainey, seperti banyak yang lain, terkesima dengan motivasi Rossi bersaing di papan atas.
Rainey menduga itu adalah perpaduan dan antusiasme pribadi Rossi, plus tantangan-tantangan baru yang hadir lewat regulasi baru, yang telah membuat kelas primer terus berevolusi semenjak era four stroke dimulai pada 2002.
"Hari ini saya baru saja bicara dengan Valentino. Saya pikir ia sangat menikmati lajunya, ia menyukai persaingan, ia suka dengan usahanya. Dan itu adalah segalanya," ucap Rainey.
"Saya sendiri tidak terlalu menikmatinya. Ketika mengenang masa lalu, saya berpikir bagaimana bisa jadi beda? Mungkin saja jika era four stroke datang lebih cepat. Masa two stroke sudah habis ketika saya pensiun; tak ada lagi yang benar-benar berubah semenjak itu. Jadi praktis melaju secara repetitif, cuma ganti (merek) ban. Waktu itu saya orang Amerika yang hidup di Eropa, berusia 33 tahun. Saya lebih sering jadi cuma menunggu datangnya hari Minggu karena tahu motivasi saya bagus pada hari balapan. Sedikit beda pada hari Jumat dan Sabtu.
"Acapkali kami memenangi balapan-balapan yang di atas kertas tak bisa kami lakukan. Dan saya suka bagian itu! Tapi balapan memang banyak mengambil banyak hal dari diri Anda," sebut juara dunia tiga kali 500cc itu.
(krs/rin)