Fabio Quartararo berakhir pahit di MotoGP 2020. Marc Marquez percaya kegagalan Quartararo itu berhubungan dengan besarnya tekanan yang ada di kejuaraan ini.
Pebalap Petronas SRT itu "memudar" setelah menjanjikan di awal musim. Quartararo semula digadang-gadang sebagai kandidat juara setelah memenangi dua balapan pertama di Jerez dan Andalusia, terlebih karena Marquez absen lama akibat cedera lengan parah.
Namun, setelah meraih kemenangan ketiganya di Catalunya performa Quartararo menurun drastis. Pebalap Prancis itu tak mampu kompetitif sehingga cuma dua kali finis 10 besar dalam enam balapan terakhir. Quartararo bahkan gagal mengantongi poin di Aragon usai finis ke-18 serta retired di Valencia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alhasil Fabio Quartararo mesti merelakan titel juara dunia direbut pebalap Suzuki Joan Mir. Quartararo menyudahi musim di peringkat kedelapan dengan perolehan 127 poin, tertinggal 34 poin dari Mir di puncak dan di bawah rekan setimnya Franco Morbidelli yang finis kedua (158 poin).
Marc Marquez berpendapat bahwa kegagalan Quartararo dipengaruhi oleh ketidakmampuannya mengatasi tekanan. Apalagi, sebelum mentas di kelas premier Quartararo belum pernah menjadi juara dunia di kelas-kelas yang lebih rendah.
"Bukan hal yang mudah dengan memiliki beban keharusan menang. Mengatasi tekanan terkadang lebih rumit daripada sekadar kencang," ungkap Marquez kepada DAZN, diwartakan Tuttomotoriweb.
"Quartararo sebelumnya tidak pernah memenangi sebuah kejuaraan dunia, jadi situasi itu baru untuk dia. Itulah menangi aku ingin juara di Moto2 dulu sebelum tiba di MotoGP. Kurasa penting untuk tidak mendesak fase-fasenya," sambung juara dunia kelas 125 cc dan Moto2 itu.
"Di MotoGP itu tekanannya besar sekali dan sorotan yang Anda terima memungkinkan membuat Anda tidak stabil kalau Anda tidak pernah mengalami hal serupa di kelas sebelumnya," simpul Marc Marquez tentang kegagalan Fabio Quartararo.
(rin/krs)