Mungkin Ini Alasan Belum Ada Rider Indonesia yang Tembus ke MotoGP

Road to Mandalika

Mungkin Ini Alasan Belum Ada Rider Indonesia yang Tembus ke MotoGP

Mercy Raya - Sport
Rabu, 02 Mar 2022 18:30 WIB
Andi Gilang di Asia Road Racing Championship
Alasan susahnya rider Indonesia menembus MotoGP. (Foto: Dokumentasi Astra Honda Racing Team)
Jakarta -

Indonesia dinilai memiliki pebalap-pebalap berpotensi di atas lintasan sirkuit. Tapi, sampai saat ini belum ada yang mampu menembus kelas MotoGP. Kenapa?

Indonesia secara resmi menjadi tuan rumah MotoGP mulai 2022. Ajang balapan rider top dunia itu digelar di Sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat, pada 18-20 Maret ini. Sebelumnya, sirkuit itu telah dipakai untuk tes pamusim yang berlangsung pada pertengahan Februari kemarin.

Ironi ketika MotoGP datang ke Indonesia, tapi tak ada satu pun pebalap-pebalap di Tanah Air yang ikut bareng balapan di ajang tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Eks pebalap Moto2 Doni Tata Pradita memberikan gambarannya kenapa belum ada pebalap Indonesia yang sukses menembus MotoGP sampai saat ini. Ia menyebut ada dua hal yang menjadi kendala di Indonesia, salah satunya sponsor.

Dimas Ekky di FIM Moto2 JerezDimas Ekky di FIM Moto2 Jerez. Foto: dok.Pertamina Mandalika SAG

"Dukungan sponsor sangat berarti penuh untuk seorang pebalap dapat bertahan di level balapan internasional seperti MotoGP. Dan saya lihat selama ini chance pebalap Indonesia itu hanya untuk uji coba saja," kata Doni dalam perbincangan dengan detikSport, Rabu (2/3/2022).

ADVERTISEMENT

"Misalnya satu tahun, kemudian diberangkatkan (ikut balapan di ajang internasional). Mungkin sponsor berharap selama setahun itu kami (pebalap) bisa langsung juara, podium, atau 5 besar, tapi kan tidak semudah itu prosesnya," ujarnya.

Berkaca dari pengalamannya ketika tampil di GP250 pada 13 tahun silam, Doni hanya mendapatkan kesempatan untuk membuktikan dirinya selama setahun. Itu pun tak tuntas dipenuhi karena ia dipindahkan ke Kejuaraan World SuperSport (superbike 600cc).

"Setelah itu vakum dan kembali balapan di Asia selama setahun, dua tahun. Akhirnya pada 2013 dapat kesempatan lagi dari Federal Oil Gresini Moto2 untuk kompetisi di Moto2. Jadi bisa dilihat sponsor kita memang kurang mendukung pebalap Indonesia berkiprah di Kejuaraan Dunia," katanya.

Pebalap berusia 31 tahun ini mengatakan seharusnya sponsor-sponsor Indonesia bisa berkaca pada negara-negara seperti Thailand dan Malaysia yang konsisten dalam membentuk pebalapnya sampai sukses ke MotoGP.

Angkatan Doni Tata di Moto2, seperti Pol Espargaro dan Johann Zarco, sudah beberapa tahun menghiasi persaingan MotoGP beberapa musim belakangan.

"Seperti Somkiat Chantra itu disupport terus di Moto3, dan sekarang di Moto2. Jadi enggak setahun tapi bisa tiga sampai empat tahun. Sementara dari pengalaman saya, kita kurang konsisten dengan satu pebalap yang diproyeksikan. Jadi setahun tak berhasil, ganti pebalap lagi. Seperti Dimas Ekky hanya setahun atau setengah musim, diganti Gerry Salim, kemudian Andi Gilang," dia menjelaskan.

Tak hanya soal sponsor, pebalap-pebalap Indonesia juga disebut memiliki kendala pada kemampuan bahasa dan komunikasi dengan mekaniknya.

"Rata-rata komunikasi juga penting ke mekanik karena kita harus bisa bahasa Inggris. Apalagi kalau kita bisa berbahasa Italia tentu akan memudahkan komunikasi dengan mekanik karena terkadang ujungnya malah missunderstanding. Pebalap maunya apa, dia menangkapnya apa, karena ada kendala bahasa tadi," ujar pebalap kelahiran Sleman, Yogyakarta ini.

Aksi Andi Gilang di gelaran Moto3 Austria 2021Aksi Andi Gilang di gelaran Moto3 Austria 2021. Foto: Instagram @honda_team_asia

"Selain itu, pebalap juga harus punya chemistry dan satu visi dengan mekaniknya supaya bisa diskusi dan memberikan yang terbaik sesuai kemauan kita," Doni menambahkan.

Meskipun, sebut Doni, terkadang mekanik dengan segala egonya kerap berbalik menyalahkan si pebalap karena merasa lebih berpengalaman. "Tapi kalau dari skill, pebalap Indonesia itu lebih mendominasi apalagi ketika di lintasan basah, trek hujan, pebalap-pebalap Asia, Indonesia, lebih dominasi di depan. Artinya ada peluang lah. Kalaupun kalah itu karena pebalap Eropa sejak lahir sudah kenal dengan sirkuit (MotoGP) di sana," Doni menegaskan.

Nah, mumpung Indonesia sudah ada Sirkuit Mandalika. Ia pun berharap, pebalap-pebalap Indonesia bisa meraih kesempatan tampil di MotoGP. Apalagi, proyek kerja sama itu direncanakan terus berjalan hingga 10 tahun ke depan.

"Semoga muncul lebih banyak lagi pebalap-pebalap muda Indonesia dan ikut di Kejuaraan Grand Prix Internasional. Ya, tentunya di MotoGP, World Super Bike, Moto2, akan lebih banyak lagi dengan adanya Mandalika. Mungkin akan terbuka sponsor-sponsor di Indonesia untuk mendukung para rider-rider Indonesia," harap Doni.


Hide Ads