Mungkin Ini Alasan Belum Ada Rider Indonesia yang Tembus ke MotoGP

Road to Mandalika

Mungkin Ini Alasan Belum Ada Rider Indonesia yang Tembus ke MotoGP

Mercy Raya - Sport
Rabu, 02 Mar 2022 18:30 WIB
Andi Gilang di Asia Road Racing Championship
Alasan susahnya rider Indonesia menembus MotoGP. (Foto: Dokumentasi Astra Honda Racing Team)

Pebalap berusia 31 tahun ini mengatakan seharusnya sponsor-sponsor Indonesia bisa berkaca pada negara-negara seperti Thailand dan Malaysia yang konsisten dalam membentuk pebalapnya sampai sukses ke MotoGP.

Angkatan Doni Tata di Moto2, seperti Pol Espargaro dan Johann Zarco, sudah beberapa tahun menghiasi persaingan MotoGP beberapa musim belakangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Seperti Somkiat Chantra itu disupport terus di Moto3, dan sekarang di Moto2. Jadi enggak setahun tapi bisa tiga sampai empat tahun. Sementara dari pengalaman saya, kita kurang konsisten dengan satu pebalap yang diproyeksikan. Jadi setahun tak berhasil, ganti pebalap lagi. Seperti Dimas Ekky hanya setahun atau setengah musim, diganti Gerry Salim, kemudian Andi Gilang," dia menjelaskan.

Tak hanya soal sponsor, pebalap-pebalap Indonesia juga disebut memiliki kendala pada kemampuan bahasa dan komunikasi dengan mekaniknya.

ADVERTISEMENT

"Rata-rata komunikasi juga penting ke mekanik karena kita harus bisa bahasa Inggris. Apalagi kalau kita bisa berbahasa Italia tentu akan memudahkan komunikasi dengan mekanik karena terkadang ujungnya malah missunderstanding. Pebalap maunya apa, dia menangkapnya apa, karena ada kendala bahasa tadi," ujar pebalap kelahiran Sleman, Yogyakarta ini.

Aksi Andi Gilang di gelaran Moto3 Austria 2021Aksi Andi Gilang di gelaran Moto3 Austria 2021. Foto: Instagram @honda_team_asia

"Selain itu, pebalap juga harus punya chemistry dan satu visi dengan mekaniknya supaya bisa diskusi dan memberikan yang terbaik sesuai kemauan kita," Doni menambahkan.

Meskipun, sebut Doni, terkadang mekanik dengan segala egonya kerap berbalik menyalahkan si pebalap karena merasa lebih berpengalaman. "Tapi kalau dari skill, pebalap Indonesia itu lebih mendominasi apalagi ketika di lintasan basah, trek hujan, pebalap-pebalap Asia, Indonesia, lebih dominasi di depan. Artinya ada peluang lah. Kalaupun kalah itu karena pebalap Eropa sejak lahir sudah kenal dengan sirkuit (MotoGP) di sana," Doni menegaskan.

Nah, mumpung Indonesia sudah ada Sirkuit Mandalika. Ia pun berharap, pebalap-pebalap Indonesia bisa meraih kesempatan tampil di MotoGP. Apalagi, proyek kerja sama itu direncanakan terus berjalan hingga 10 tahun ke depan.

"Semoga muncul lebih banyak lagi pebalap-pebalap muda Indonesia dan ikut di Kejuaraan Grand Prix Internasional. Ya, tentunya di MotoGP, World Super Bike, Moto2, akan lebih banyak lagi dengan adanya Mandalika. Mungkin akan terbuka sponsor-sponsor di Indonesia untuk mendukung para rider-rider Indonesia," harap Doni.


(mcy/cas)

Hide Ads