Jonatan dan Anthony Ginting Unjuk Potensi di BCA Indonesia Open 2015

Jonatan dan Anthony Ginting Unjuk Potensi di BCA Indonesia Open 2015

Mercy Raya - Sport
Kamis, 04 Jun 2015 18:57 WIB
Jonatan dan Anthony Ginting Unjuk Potensi di BCA Indonesia Open 2015
Jonatan Christie (PBSI)
Jakarta - Meski harus merangkak dari babak kualifikasi, Jonatan Christie dan Anthony Ginting berhasil mencapai perempatfinal BCA Indonesia Open 2015. Dua pemain muda itu pun mulai menunjukkan potensi besar dalam diri mereka.

Jonatan, 17 tahun, mencapai perempatfinal setelah menyingkirkan pemain veteran asal Korea Selatan, Lee Hyun Il, dengan skor 21-17, 21-19, Kamis (4/6/2015). Sebelumnya, dia menang atas wakil Taiwan yang menjadi unggulan ketujuh, Chou Tien Chen, di babak pertama.

Sementara itu, Anthony, 18 tahun, menang atas unggulan keempat asal India, Srikanth Kidambi, dengan skor 14-21, 22-20, 21-13 di babak kedua. Di babak sebelumnya, dia mengalahkan Brice Leverdez (Prancis).

Apa yang dicapai Jonatan dan Anthony lebih baik daripada dua senior mereka, Tommy Sugiarto dan Dionysius Hayom Rumbaka. Tommy dan Hayom sama-sama tersingkir di babak kedua. Tommy kalah dari Marc Zwiebler, sedangkan Hayom harus mengakui keunggulan Jan O Jorgensen.

Dengan usia mereka yang masih belia, Jonatan dan Anthony dinilai punya potensi besar untuk jadi andalan Indonesia di masa depan, khususnya di nomor tunggal putra.

Dalam wawancara di Istora Senayan, Kamis (4/6), pelatih tunggal putra pelatnas, Hendry Saputra, bicara banyak soal pencapaian anak asuhnya.

Melihat hasil dari pemain-pemain muda yang berhasil hingga babak ini, adakah beberapa catatan dari pelatih untuk mereka?

Yang saya khawtirkan justru fisik dan staminanya. Pemain Super Series itu 'kan durasinya panjang. Jujur yang bikin capek itu ketika si atlet nervous atau tegang, dan tidak percaya diri sehingga membuat pergerakan kaki jadi lambat.

Kenapa lambat? Karena pikiran kontrolnya sudah tidak seimbang. Nah inilah yang membuat capek. Sebenarnya kalau mau dipikir main lagi masih bisa kalau ada rest. Tapi, bukan di situ problemnya.

Jadi catatan saya besok-besok dari segi mental. Dari pertandingan kedua, ketiga, saya lihat ada dua poin yang penting mental sama teknik. Ini penting.

Contoh dari angin saja kita harus control arah anginnya. Pemain Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan atau Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad saja bisa kehilangan tiga poin gara-gara angin. Apalagi dengan pemain muda. Jadi, saya rasa feeling-nya harus bagus, yang kedua pemain ini harus punya mental dan jiwa yang tinggi. Yang lainnya saya rasa lebih mudah.



Bagaimana soal prospek mereka?

Di PBSI punya empat pemain muda ada Ihsan Maulana, Firman Abdul Kholik, Anthony Ginting, dan Jonatan Christie. Keempatnya memiliki tipe permainan yang berbeda. Prinsipnya ini potensi banget.

Pertama mungkin dari segi latihannya harus punya standar minimal super series lah. Ini bukan berarti GP Gold tidak ada tantangan tetap kami punya prospek dan target super series. Nah, dari permainan empat pemain ini standar kita itu tidak kalah. Dari pikirannya saja yang buat kita kalah.

Pengalaman saya waktu main pada tahun 1981-1982 lawan China, saya merasakan itu ke atlet saya. Pertama pikiran tidak boleh kita menerima kekalahan dulu.

Prospek ini saya rasa bagus banget asal kita ada kesempatan tanding keluar banyak. Insya Allah dua tiga tahun ke depan kita punya pemain-pemmain yang handal.

Apakah ada percepatan untuk programnya?

Mestinya satu dua tahun. Tapi Insya Allah sampai 2016 mereka bertiga khususnya Jonatan dan Ihsan harus bisa di Super Series. Sementara Anthony itu peringkatnya 160 lebih, butuh enam sampai tujuh event ke depan untuk mengejar dan kerja keras. Tapi untuk Jonatan, Ihsan, dan Firman kami targetkan 2016 harus main di Super Series. Berarti kita perlu percepatan lebih cepat. Insya Allah.

(mcy/mfi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads