David tak memedulikan surat keputusan pelatnas menuju Asian Para Games 2018. Dia tetap mengegber latihan bersama-sama rekan satu klub, K18, di Jakarta.
Selain itu, dia juga mengikuti serangkaian kejuaraan terbuka, bukan hanya khususu untuk atlet difabel. Menurut Davids, cara itu bisa memaksa dia untuk memgikuti kecepatan dan agresivitas dalam menghadapi lawannya kelak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seperti Jumat (13/10) nanti saya akan bertanding di Surabaya, open turnamen. Di turnamen itu pemain nasional rata-rata turun semua, jadi bagus untuk uji coba saya juga," ujar dia kemudian.
Bagi atlet kelahiran Makassar ini, berlatih dengan atlet normal memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap pola permainannya sekaligus menambah kepercayaan diri dalam menghadapi lawan.
"Secara kualitas pukulan juga lebih bagus dan kelincahannya sehingga saya harus lebih siap. Sementara untuk para tentu mereka punya ketebatasan jadi tidak semua bisa cepat," kata Jacobs yang biasa berlatih bersama atlet tenis meja Yon Mardiono ini.
Tak hanya uji coba dalam negeri, Jacobs yang juga sekaligus persiapan menuju Paralimpiade 2020 Tokyo ini juga berencana melakukan try out di beberapa kejuaraan dan open turnamen luar negeri.
"Tenis meja itu banyak single event, world tour para table tennis. Karena itu, selain Asian Para Games, saya bisa sekaligus mencari poin untuk Paralimpiade 2020. Karena untuk ASEAN atau Asian siapapun boleh ikut. Tapi Paralimpiade harus masuk minimal 14 dunia di kelas 10," Jacobs menjelaskan.
Pria yang pernah menyabet medali perunggu dalam paralimpiade musim panas 2012 kala tampil di kelas TT10 ini mengatakan saat ini dia berada di peringkat 3 dunia.
"Saya rencana mau ikut 1 turnamen tahun ini dari November sampai Desember, yang tersisa turnamen di Belgia, Spanyol, Yordania," sebut dia.
(mcy/fem)