Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) mewacanakan untuk mengubah skor pertandingan bulutangkis, dari reli poin 21 menjadi 11 poin dengan sistem best of three. Skor itu kemungkinan besar akan diterapkan pada Olimpiade 2020 Tokyo.
"Penerapan skor 11 untuk persiapan Olimpiade 2020, waduh terlalu mepet. Perubahan skor akan memengaruhi permainan, pola main, program latihan dan sebagainya," kata Susy di pelatnas PBSi, Cipayung, Jakarta Timur, Jumat (23/2/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bulutangkis sudah populer, kenapa tidak dipertahankan dulu, kalau ada yang kurang, ditambah tapi tidak secara drastis," pemilik emas Olimpiade Barcelona itu menegaskan.
Susy juga menuturkan bahwa sistem skor 11 x 5 akan memperpendek durasi permainan, sehingga kita tak akan bisa menikmati seni dan keindahan permainan bulutangkis seperti yang ada di sistem skor sebelumnya.
"Akan ada pertemuan dengan BAC bulan depan, kami akan diskusikan dengan negara lain, karena beberapa negara memang keberatan juga, bukan cuma Indonesia. Peran Indonesia juga harus lebih aktif, karena banyak aturan yang sifatnya mendadak dan tidak ada pihak yang bisa menjelaskan secara detil, apa tujuan aturan baru ini?" Susy mengungkapkan.
Tahun ini BWF memang membuat cukup banyak perubahan. Pertama, struktur turnamen, batas servis, dan kewajiban pemain elite untuk turun minimal dalam 12 pertandingan dalam setahun.
Susy akan meminta penjelasan soal aturan batasan servis yang akan mulai dicoba di All England. Beberapa ketentuan servis ini dinilai Susy masih memiliki kekurangan yang dapat merugikan pemain.
"Waktunya sempit (untuk adaptasi). Ini mengubah kebiasaan selama puluhan tahun, jadi tiap atlet harus mengukur lagi, dan ada yang dirugikan ada yang diuntungkan," ujarnya.
"Kami melihat beberapa kelemahan dari aturan ini di antaranya berapa jarak pasti antara hakim servis dengan alat pengukur, karena ini mempengaruhi sudut pandang, mempengaruhi servis atlet fault atau tidak," Susy menuturkan.
(fem/din)