Fitriani menjadi salah satu wakil pelatnas PBSi di tunggal putri pada Indonesia Open 2018 yang berlangsung 3-8 Juli di Istora, kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Senayan. Dia tampil bersama-sama Gregoria Mariska dan Dinar Dyah Ayustine.
Sebagai pemain paling senior, Fitriani malah langsung tersingkir di babak pertama. Dia dikalahkan unggulan keempat Ratchanok Intanon (Thailand) dua gim dengan skor telak 8-21, 16-21.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tonton juga 'Ayunan Akhir Raket Owi-Butet di Indonesia Open 2018'
Kepada Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI, Susy Susanti, menilai hasil kurang sip itu dipengaruhi mental si pemain. Fitriani diminta untuk bisa mengembangkan kemampuannya yang pling menonjol dan bukan berfokus kepada permintaan publik.
"Memang ya ada kala pemain ini mereka masih bingung dengan pola. Jadi masih pencarian jati diri. Saya melihatnya seperti itu karena saya pernah mengalaminya," kata Susy kepada detikSport, Selasa (10/7/2018).
"Fitriani merupakan tipe pemain reli dan ketika mendapat masukan masyarakat yang mungkin tak paham dengan pola main dia, kemudian didengarkan yang terjadi dia goyang. Padahal, biarkan saja orang bilang mainnya jelek tapi menang. Daripada menyerang lalu kalah. Mau ngapain main bagus tapi kalah?" ujar pemilik medali emas Olimpiade 1992 Barcelona itu.
"Jadi Fitriani ini belum mendapatkan keyakinan, pola dia, harus main apa. Jadi masih kadang-kadang bagus, lalu enggak. Dia masih labil," dia menambahkan.
Daripada saat Indonesia Open, Fitriani tampil apik saat di Kejuraan Beregu Asia Februari 2018. Fitriani mampu menghadapi peringkat lima dunia, Chen Yufei. Lalu bermain baik saat menghadapi juara dunia Akane Yamaguchi.
Setelah itu, di Piala Uber perfomanya menurun. Pemain berperingkat 40 dunia itu hampir tak pernah menyumbang poin untuk Indonesia.
"Itu karena dia menggunakan pola relay-nya. Tapi kemudian dia ubah lagi. Nah ini kembali lagi tergantung si atletnya. Bagaimana meyakini bahwa pola bola panjang adalah tipenya. Meyakini dan terus mengembangkan diri serta mempelajari pola lawan untuk bisa setiap pertandingan konsisten. Itu yang mungkin jadi satu faktor," Susy membeberkan.
"Sementara Gregoria Mariska dia sudah tahu tipenya seperti apa. Tinggal mengembangkan kecepatan, kekuatan, daya juangnya, dan antisipasi di lapangan. Ini kan sudah terlihat meski tidak langsung drastis," dia menambahkan.
(mcy/fem)