Indonesia tak lagi menjadi juara di sektor tunggal, baik putra ataupun putri, di All England sejak 1995. Kali terakhir, gelar juara itu diraih oleh Haryanto Arbi dan Susy Susanti pada 1994.
Setelah pensiun, Arbi dan Susy sama-sama merintis usaha apparel bulutangkis. Kini, Arbi merambah ke dunia politik, sedangkan Susy menjadi pengurus PP PBSI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak merasakan itu sebagai beban. Buat saya menjadi pengurus ni sebagau kepercayaan. Saya berpikir positif, kalau saya mendapatkan kepercayaan maka saya harus melaksanakan tugas dengan sebaik mungkin, semaksimal mungkin," kata Susy kepada detikSport.
"Prestasi saat ini, beberapa tahun ini, bukan cuma prestasi tapi bibit putri, yang sedang sulit. Bahkan belum bisa menjuarai turnamen di level tinggi. Ini menjadi satu tanggung jawab moral saya untuk kerja keras lagi, untuk meningkatkan performa,' ujar pemilik medali emas Olimpiade 1992 Barcelona dan empat gelar All England itu.
Susy membutuhkan waktu untuk menciptakan juara All England di tunggal putri. Dia yakin dengan kemampuan Gregoria Mariska Tunjung dan Fitriani harapan itu bisa segera terwujud.
"Saya senang sudah ada pemain muda yang bisa menjadi juara dunia setelah berapa puluh tahun junior. Prestasi mulai ada, ada peningkatan. Saya hanya perlu memberikan support dan semangat kalau kita bisa," ujar Susy.
Susy menilai tunggal putra memiliki kans lebih besar untuk menghentikan puasa gelar itu. Di sektor itu, Indonesia menurunkan tiga pemain, yakni Tommy Sugiarto, Anthony Sinisuka Ginting, dan Jonatan Christie.
"Kalau pakai perhitungan lebih punya kans itu di tunggal putra, meskipun secara ranking dan konsistensi belum setara dengan negara lain," Susy menambahkan.