Fitriani dan Gregoria menjadi dua wakil Indonesia di nomor tunggal putri. Namun, keduanya tidak bisa bicara banyak sehingga langsung tersingkir di babak pertama.
Fitriani kalah dari pemain China He Bingjiao dalam laga rubber game 21-17, 15-21, dan 10- 21. Sementara Gregoria dikalahkan tunggal putri unggulan kedua Jepang Nozomi Okuhara 17-21 dan 16-21.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Minarti mengatakan, kekalahan Fitriani dan Gregoria tidak berhubungan dengan jadwal padat sebelum turnamen. Fitriani dan Gregoria memang kalah kelas dari lawan-lawannya sehingga mesti lebih banyak latihan untuk meningkatkan performa.
"Evaluasinya kami kalah mau rubber gim atau straight gim banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan," kata Minarti lewat pesan singkatnya kepada detikSport, Kamis (7/3/2019). "Ya latihan harus lebih banyak lagi, lebih fokus, dan harus lebih mati-matian untuk bisa ikut di level 1.000," ujarnya.
Sebelum bertolak ke All England, baik Fitriani maupun Gregoria harus menjalani beberapa turnamen berdekatan yakni Spanyol Masters, Superliga, dan Jerman Open 2019.
"(Faktor kelelahan) ya enggak pengaruh ya. Setiap tanding langsung latihan, kalah di Spanyol, langsung latihan. Gregoria dari Superliga langsung Jerman. Mesti tidak ada alasan begitu (padatnya turnamen). Apalagi menghadapi turnamen besar ini (All England) jadi harus siap apapun itu," Minarti menjelaskan.
Setelah All England, Fitriani akan persiapan menuju Kejuaraan Asia, sementara Gregoria persiapan menuju Malaysia dan Singapura Terbuka 2019. Soal persaingan dan persiapan menuju turnamen berikutnya, Minarti memilih fokus persiapkan atletnya.
"Yang jelas sekarang ramai. Semua hampir sama. Level atas bisa berganti-ganti (pemenangnya). Siapa sangka Ratchanok Intanon (kalah), main hampir ramai semua, jadi siapa yang siap itu yang menang," ungkap dia.
"Ya, harus lebih belajar banyak dan kami harus kejar ke sana, kalau kurang di power atau tekniknya, ya harus dibenahi semua. Kalau menang kalah itu kan tak mutlak," imbuhnya. (mcy/rin)