Berry/Angriawan bisa melaju sejauh mungkin tanpa harus berduel dengan rekan satu negara di Kejuaraan Dunia Bulutangkis di Basel mulai 18-25 Agustus. Mereka berada di bagan bawah, terpisah dari tiga ganda putra Indonesia lainnya; Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, yang menempati bagan atas.
Makanya, Berry/Hardianto menjadi harapan untuk bisa menciptakan all Indonesian final di ajang itu. Mereka akan menghadapi Ben Lane/Sean Vendy di babak pertama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari tiga turnamen hasil mereka memang tidak bagus. Terutama di Jepang, menangnya sudah jauh kemudian kalah. Di Thailand mereka blank sama sekali. Jadi sudah tidak bicara teknis, melainkan nonteknis. Tetapi dengan sisa pendek ini, saya sudah bicara dengan mereka. Saya bilang, ini kesempatan kalian, tinggal tergantung mereka nanti," kata Herry di Pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta Timur.
"Dengan posisi itu (tak diunggulkan) juga seharusnya mereka bisa main lepas, bisa memberi kejutan, itu memungkinkan asal mereka menggunakan kesempatan saat di lapangan itu. Usaha pasti tapi saat main di lapangan ya itu, gunakan kesempatan itu bisa tidak? Harapan selalu ada, tapi beda harapan untuk Kevin/Marcus dan Ahsan/Hendra," dia menambahkan.
Pelatih yang dijuluki fan bulutangkis coach Naga Api itu berharap Berry/Hardianato tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menandai Kejuaraan Dunia Bulutangkis kali ini dengan medali.
"Mereka memang agak sedikit ngedrop, tapi karena ranking Kejuaraan Dunia mereka harus jalan, tidak bisa diganti. Kalau diganti diambil negara lain. Tidak bisa ditukar dengan Wahyu Nayaka Arya/Ade Yusuf. Tapi kami tak bisa mengenyampingkan hak. Itu juga harus penting," ujar Herry.
"Makanya, target mereka menembus delapan besar sudah realistis banget. Sudah bagus banget," kata dia.
(mcy/fem)