Praveen/Melati menjadi jawara Denmark dan French Open dalam dua pekan beruntun. Titel itu dituai Praveen/Melati dengan mengalahkan ganda campuran nomor satu dunia, Zheng Siwei/Huang Ya Qiong.
Di Denmark Open Praveen/Melati melaju ke final dengan, secara mengejutkan, usai mengalahkan unggulan pertama Zheng Siwei/Huang Ya Qiong, Setelah mencapai babak puncak, Praveen/Melati harus menghadapi unggulan kedua yang juga dari China, Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping. Di laga itu, Praveen/Melati menang 21-18, 18-21, dan 21-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Gelar juara itu pun menjadi gaduh di media sosial. Praveen menggandeng tangan Melati untuk naik podium di Paris.
Itu lanjutan aksi pelukan Praveen dan Melati usai angka terakhir di Denmark Open.
"Kalau yang pelukan itu wajar. Sekarang itu kan pertama kali (menang) senang banget. Ya, otomatis (pelukan)," kata Melati di Pelatnas PBSI, Cipayung, Kamis (31/10/2019).
"Maksudnya senang karena juara bukan karena dipeluk," Melati menegaskan.
Ya, gelar juara di Denmark Open itu memang cukup spesial. Setelah mendapatkan predikat spesialis runner-up (empat kali), Praveen/Melati pecah telor di Denmark Open. Yakni, di India Terbuka (2018 dan 2019), Selandia Terbuka 2019, juga Australia Terbuka 2019.
Mereka juga hampir menjadi runner-up kelima kalinya di partai final saat menghadapi Wang Yilyu/Huang Dongping, dalam pertarungan tiga gim.
Dalam pertandingan final Denmark Open di Odense Sportspark, Minggu (20/10/2019) malam WIB, Praveen/Melati menang 21-18, 18-21, 21-19 atas unggulan kedua itu. Sampai-sampai ada adegan Praveen buang raket. Soal itu, Melati membeberkan alasannya.
"Sekarang bayangkan saja waktu di Denmark 18-7, kemudian menjadi 18-14, bagaimana Jordan pas gim tidak banting raket. Kehilangan harapan sih enggak, tapi coba saja. Mungkin tegang juga," ujarnya.
"Makanya, setelah menang pun sebenarnya masih tidak menyangka saja. Cuma berarti tidak ada yang tidak mungkin," ujar atlet berusia 25 tahun ini.