Pengurus Pusat (PP) Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) mendukung keputusan Badminton World Federation (BWF) untuk menggunakan kok dari bulu sintetis. Hanya saja, PBSI membutuhkan waktu adaptasi.
BWF mengumumkan akan menggunakan kok dari bulu sintetis, dari sebelumnya memakai kok bulu angsa, dalam turnamen resmi mulai tahun depan. Kok akan dipakai pada tiga turnamen BWF dengan menggandeng produsen apparel dari Jepang, Yonex.
PBSI tak terkejut dengan keputusan itu kendati usulan itu sudah cukup lama diwacanakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari pandangan kami sebenarnya di dunia ada dua isu, yang pertama terkait pelestarian alam. Kami menggunakan kok bulu asli, ada kesan kami eksploitasi hewan. Kedua, terkait kemajuan teknologi, sudah bisa membuat yang sintetis mendekati aslinya. Jadi bagi PBSI jika sudah jadi ketentuan ya kami akan kami ikuti," kata Sekretaris Jenderal PP PBSI, Achmad Budiharto, kepada detikSport, Kamis (23/1/2020).
Toh, sejauh ini kok sintetis sudah pernah diujicobakan oleh PBSI. Meski diakuinya masih perlu adaptasi terutama saat permainan halus.
"Jangan dibayangkan kok sintetis seperti yang kita lihat di toko-toko. Itu pernah dicoba oleh pebulutangkis dunia, seperti Lee Chong Wei, pemain-pemain top juga pernah mencoba, dan rasanya tidak terlalu masalah," dia menjelaskan.
"Kami juga pernah mencoba itu dan bisa menggunakannya. Walaupun memang ada sedikit kendala terutama saat permainan halus, netting, belum bisa murni shuttlecock yang asli," dia menambahkan.
Kalaupun akan digunakan dalam waktu dekat, dia menyarankan, agar diterapkan di turnamen-turnamen skala kecil lebih dulu seperti internasional challenge. Sekaligus melakukan penyempurnaan pada kok tersebut.
Selain itu, dia menambahkan, jumlah yang disebarkan juga harus memadai agar dapat digunakan oleh seluruh negara.
"Artinya marketing produk itu, distribusinya, bisa ada di mana-mana supaya bisa digunakan untuk mereka-mereka yang akan bertanding," Budi mengimbau.
(mcy/fem)