Turnamen All England terancam tak bisa digelar tahun depan. Ini karena Pemerintah Inggris belum mengizinkan adanya keramaian di tengah pandemi virus corona.
Adalah Kepala Eksekutif Asosiasi Bulutangkis di Inggris, Adrian Christy, yang menyatakan hal tersebut dalam laman resmi turnamen All England.
Diketahui, pemerintah Inggris menarik rencana untuk meringankan larangan penonton hadir di kegiatan olahraga dalam enam bulan ke depan atau sampai Maret 2021. Hal ini disebabkan wabah Corona yang belum mereda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keputusan itu ternyata mempengaruhi pelaksanaan All England yang biasanya bergulir tiap Maret. Andai pun digelar, maka Asosiasi Bulutangkis Inggris harus bersiap menggelarnya tanpa penonton.
Padahal, All England merupakan salah satu turnamen yang memiliki magnet terbesar bagi penggemar olahraga tepok bulu di negeri Ratu Elizabeth itu.
"Menyusul pengumuman pemerintah Inggris terbaru, ada kemungkinan All England tidak akan berlangsung untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II," kata Adrian.
"Prioritas saya adalah keberlanjutan bulutangkis Inggris, terutama turnamen All England adalah bagian utama dari perekonomian kami," lanjutnya.
Sebelum ada keputusan All England jadi digelar atau tidak, induk organisasi bulutangkis di Inggris itu sejatinya sudah mengalami kerugian pendapatan yang sangat besar imbas COVID-19. Apalagi nanti ketika turnamen digelar tanpa penonton.
"Jika tanpa ada penonton maka kerugiannya bertambah menjadi 1,75 juta paun (Rp 33,4 miliar). Tentu ini tak bagus untuk asosiasi kami," papar Adrian tanpa memberi detail angka kerugian sebelumnya.
Untuk saat ini, Asosiasi Bulutangkis setempat telah mengajukan permohonan anggaran kepada pemerintah Inggris.
"Saya meminta pemerintah untuk memberikan bantuan demi melindungi All England dan mengurangi tekanan pada salah satu olahraga yang paling banyak berpartisipasi di negara ini," tutupnya.
(mcy/mrp)